Pada setiap tahapan perkembangan manusia, mereka akan selalu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dilaluinya.
Terkadang, tugas-tugas perkembangan itu menjadikan seseorang menjadi tertekan hingga menyebabkan stres hingga depresi yang justru akan mengganggu kesehatannya.
"Sebenarnya sangat manusiawi ketika kita berhadapan dengan berbagai masalah setiap harinya. Tinggal bagaimana seseorang menghadapi masalah tersebut" ucapnya.
Baca juga: Ramai soal Remaja Dirundung tetapi Memilih Diam, Begini Kata Psikolog
Dikutip dari laman resmi Psikologi Universitas Negeri Semarang (Unnes), awal mula krisis ini ditandai dengan timbulnya berbagai emosi negatif seperti kecemasan, frustasi, hingga merasa kehilangan arah.
Hal tersebut nantinya dapat mengarahkan seseorang kepada kondisi stres, depresi, atau gangguan psikologis lainnya.
Quarter life crisis dinilai berdampak pada 86 persen remaja yang sering merasa tidak nyaman, kesepian, serta depresi dalam hidupnya.
Meskipun begitu, fase ini penting untuk dialami seseorang agar ia mampu mengenali dirinya sendiri secara lebih mendalam serta mempersiapkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa depan.
Baca juga: Menurut Psikologi, Homoseksual Bukanlah Kelainan, Begini Penjelasannya
Ada beberapa gejala quarter life crisis, di antaranya:
Baca juga: Bisakah Perilaku Selingkuh Disembuhkan? Ini Kata Psikolog
Menurut Robbins dan Wilner (2001), quarter life crisis disebabkan oleh beberapa sumber stres (stressor) berikut:
Masih dari sumber yang sama, terdapat lima fase yang dilalui oleh seseorang dalam fase quarter life crisis, yaitu:
Baca juga: 7 Cara Menjaga Kesehatan Mental, Apa Saja?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.