Burung diketahui memiliki suhu inti yang lebih tinggi daripada mamalia. Hal ini menandakan ada perbedaan suhu yang lebih besar dengan udara di sekitarnya.
Dengan demikian, menguap lebih singkat bagi burung cukup untuk menarik udara yang lebih dingin.
Kesimpulan serupa juga dicapai dalam studi 2016 yang melibatkan manusia. Meski dalam penelitian ini, hanya melibatkan 205 data menguap dan 24 spesies yang diukur.
Menurut studi, menguap dengan durasi terpendek yakni 0,8 detik berasal dari tikus, dengan menguap terpanjang sekitar 6,5 detik datang dari manusia.
"Melalui penghirupan udara dingin secara bersamaan dan peregangan otot di sekitar rongga mulut, menguap meningkatkan aliran darah yang lebih dingin ke otak, dan dengan demikian memiliki fungsi termoregulasi," jelas etologis State University of New York, Andrew Gallup.
Baca juga: Apakah Orangtua dengan IQ Biasa Saja Bisa Memiliki Anak yang Cerdas?
Namun demikian, para peneliti tidak menghubungkan menguap dengan kecerdasan. Penelitian mereka hanya sebatas pada ukuran otak dan jumlah neuron yang ada di dalamnya.
Penelitian juga tidak merujuk pada seberapa banyak atau frekuensi menguap yang dilakukan, seperti 5-10 kali sehari pada manusia.
Meski masih banyak penelitian yang harus dilakukan untuk mencari tahu alasan mengapa manusia dan hewan menguap, setidaknya penelitian ini memberikan jawaban lebih dari hipotesis mendinginkan otak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.