Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Tradisi Unik Perayaan Nyepi di Indonesia, Apa Saja?

Kompas.com - 20/03/2023, 07:05 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari raya Nyepi adalah hari besar bagi seluruh umat Hindu di Indonesia dalam memperingati Tahun Baru Saka. Tahun ini, Hari raya Nyepi 2023 jatuh pada Rabu (22/3/2023).

Hal tersebut berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Nomor 1066 Tahun 2022, Nomor 3 Tahun 2022, dan Nomor 3 Tahun 2022 tentang Hari Raya Nyepi 2023 atau Tahun Baru Saka 1945.

Kalender Saka merupakan sistem penanggalan yang biasanya digunakan oleh umat Hindu di Bali.

Dalam perayaan Hari raya Nyepi di Indonesia, beberapa daerah memiliki tradisi dan ritual perayaan yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Hindu untuk menyambut hari suci tersebut. 

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Hari Raya Nyepi Ditetapkan Jadi Hari Libur Nasional

Lantas, apa saja tradisi yang biasanya dilakukan masyarakat Indonesia menjelang Hari raya Nyepi?


1. Upacara Melasti di Bali

Ilustrasi umat Hindu yang tengah melaksanakan upacara Melasti di Pantai Purnama, Kabupaten Gianyar, Bali.Dok. Shutterstock/BanGhoL Ilustrasi umat Hindu yang tengah melaksanakan upacara Melasti di Pantai Purnama, Kabupaten Gianyar, Bali.
Diberitakan Kompas.com (8/8/2022), upacara Melasti merupakan sebuah tradisi yang biasa dilakukan oleh umat Hindu di Bali sebelum masuk Hari raya Nyepi.

Masyakarakat Bali melakukan upacara ini dengan cara membasuhkan muka atau menyentuh air sebagai simbol membuang karma buruk.

Selain itu, ritual ini biasanya juga dilakukan dengan menghanyutkan kotoran alam dengan menggunakan air kehidupan. Upacara Melasti dilakukan di Tirta Amerta atau sumber air seperti, pinggir laut, atau danau.

Ketika upacara ini berlangsung, biasanya masyarakat akan membawa peralatan suci dan sesajen.

Biasanya masyarakat Hindu Bali melaksanakan upacara Melasti pada Panglong 13 bulan Ciatra (Sasih Kesanga) atau tiga hari sebelum Hari raya Nyepi.

Selain itu, upacara Melasti juga dijadikan sebagai bentuk permohonan kepada Sang Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa supaya umat Hindu diberikan kekuatan dalam melaksanakan Hari raya Nyepi.

Baca juga: Mengenal Pawai Ogoh-ogoh Jelang Hari Raya Nyepi: Sejarah, Makna, dan Fungsinya

2. Tradisi Mendhak Tirta di Boyolali

Dilansir dari Pemprov Jawa Tengah, Mendhak Tirta adalah tradisi yang sudah menjadi tuntunan umat Hindu dari Boyolali dan daerah sekitar untuk menyambut Nyepi.

Tradisi ini biasanya disebut Melasti yang juga dilaksanakan di Bali untuk menyambut Hari Raya Nyepi. Ritual Mendhak Tirta merupakan rangkaian pengambilan air suci yang dilakukan sebelum perayaan Nyepi.

Upacara Mendhak Tirta merupakan suatu upacara pengambilan Tirta Amerta atau air kehidupan yang akan digunakan untuk penyucian umat pada saat Nyepi.

Tiba di lokasi pengambilan air suci, umat Hindu melakukan sembahyang terlebih dahulu. Setelah itu, dilanjutkan dengan prosesi pengambilan air suci di umbul setempat menggunakan wadah dari pipa paralon.

Selepas pengambilan air suci ratusan warga berebut sesaji dan gunungan yg berisi buah buahan dan hasil bumi. Ritual ini diharapkan mampu membawa kedamaian dan keselamatan masyarakat di bumi.

Baca juga: Daftar Libur Tanggal Merah Maret 2023: Hari Raya Nyepi hingga 1 Ramadhan 1444 H

3. Jalani Dhipuja di Malang

Dikutip dari Dinas Perpustakaan & Kearsipan Jawa Timur, upacara Jalani Dhipuja selalu dilaksanakan tiga hari sebelum upacara Nyepi.

Dalam pelaksanaan, upacara ini nantinya akan dilarung Jolen (sesajian yang berbentuk keranda yang berisi buah-buahan ataupun hasil bumi lain) sebagai simbol dan rasa terima kasih kepada Sang Hyang Widhi atas semua rezeki yang mereka terima selama ini dan dijauhkan dari segala mara bahaya.

Perayaan Jalani Dhipuja ini merupakan upacara untuk mensucikan jagad alit dan jagad gede (dunia kecil dan dunia besar).

Jagad alit diwujudkan dalam diri manusia. Manusia adalah perwujudan dari bentuk kecil alam semesta ini dan jagad gede adalah alam semesta beserta isinya ini. 

Pada prosesi perayaan Jalani Dhipuja ini digelar, sebelumnya umat Hindu akan mempersiapkan Jolen yang akan dilarung. 

Setiap Jolen masing-masing daerah memiliki perbedaan dalam pengisian Jolen sesuai dengan hasil yang diperoleh masyarakat. Pada intinya Jolen memiliki lima unsur yaitu Palem, Patrem, Puspem, Toyem, dan Dupem (Buah, daun, bunga, air dan dupa).

Kelima unsur ini adalah mencerminkan tentang hidup. Setiap peserta upacara Jalani Dhipuja, akan melakukan sembahyangan dahulu saat mereka datang ke pura. 

Baca juga: Tradisi dan Makna Hari Raya Nyepi bagi Umat Hindu...

4. Upacara Tawur Kesanga di Cimahi

Dilansir dari laman resmi Pemkot Cimahi, setiap pergantian Tahun Baru Saka atau Hari raya Nyepi, umat Hindu menyambut dengan ritual khusus.

Diawali dengan upacara Melasti, upacara Tawur Kesanga yang bermakna membersihkan alam guna mencapai harmonisasi kosmos.

Dilanjutkan dengan amalan Catur Brata untuk menemukan kesadaran akan jati dirinya sebagai kesatuan pribadi yang utuh, dan ditutup Ngembak Ghni dan Dharmasanti sebagai wujud rasa damai dalam kehidupan di dunia ini.

Catur (Empat) Brata meliputi Amati Gni, Amati Karya, Amati Lelungan, dan Amati Lelanguan. Artinya, tidak menyalakan api, tidak bekerja atau beraktivitas, tidak bepergian), dan tidak bersenang-senang). 

Baca juga: Identik dengan Nyepi, Apa Itu Pawai Ogoh-ogoh?

5. Perang api di Lombok

Sirawu' Sulo atau juga disebut Sirempek Api adalah tradisi perang api dari Desa Pongka, Kecamatan Tellu Siattingge, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.dok. kikomunal-indonesia.dgip.go.id Sirawu' Sulo atau juga disebut Sirempek Api adalah tradisi perang api dari Desa Pongka, Kecamatan Tellu Siattingge, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Dikutip dari Kompas.com (7/3/2019), tradisi perang api merupakan tradisi yang telah dilaksanakan secara turun-temurun oleh warga kampung Negara Saka dan Sweta setiap tahunnya.

Tradisi perang api merupakan rangkaian menyambut hari raya Nyepi, yang dilaksanakan setelah pawai ogoh-ogoh selesai.

Menjelang waktu senja, puluhan ikat bobok dibakar oleh para pemuda dari dua kampung, sebagai tanda dimulainya perang api. 

Kedua kubu saling memukul tubuh lawan dengan bobok yang masih menyala. Meskipun saling pukul dan terluka, namun warga dari kedua kubu tidak pernah berseteru dan bermusuhan setelah perang api selesai.

Usai perang api selesai, warga dari kedua kubu pun saling rangkul dan bersalaman. Tidak ada dendam diantara mereka.

Perang api ini dilaksanakan turun-temurun sejak jaman kerajaan, kurang lebih sekitar abad 16. Selain untuk menyambut perayaan Nyepi, sebagian warga percaya perang api ini dahulu dilakukan untuk penolak bala dari serangan wabah penyakit.

Perang api atau dikenal dengan perang bobok, merupakan cerminan semangat umat Hindu untuk melaksanakan Nyepi yang akan dilaksanakan mulai dari menjelang terbit matahari sampai keesokan harinya saat menjelang terbit matahari.

(Sumber: Kompas.com/Karnia Septia, Lukman Hadi Subroto | Editor:  Wahyu Adityo Prodjo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com