Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Penganiayaan Mario Dandy Viral, Kenapa Pelaku Merekam Aksinya?

Kompas.com - 27/02/2023, 17:14 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Motivasi melukai korbannya

Sementara itu, alumnus Program Studi Krimonologi FISIP Universitas Indonesia M. Ridha Intifadha menjelaskan alasan lain di balik tindakan seorang pelaku kejahatan yang merekam tindakannya.

Pengguna akun Twitter @RidhaIntifadha ini membagikan informasi tersebut dalam unggahan ini.

"Perekaman kejahatan oleh pelaku tidak terlepas dari perkembangan teknologi digital yang mengubah cara kita dalam memproduksi dan berinteraksi melalui media gambar/video," ujarnya.

Hingga Minggu malam, utas tersebut telah tayang sebanyak 611.100 kali, disukai 8.221 akun, dan di-retweet 2.238 kali.

Dalam utas yang diunggah pada Jumat (24/2/2023), ia menjelaskan alasan pelaku tindak kriminal mendokumentasikan aksi kejahatannya. Informasi ini berdasarkan studi British Journal of Criminology tulisan Sveinung Sandberg dan Thomas Ugelvik asal Universitas Oslo yang terbit Juli 2016.

Merendahkan korban

Ridha menyatakan, pelaku memiliki motivasi yang sangat kuat untuk menyakiti korban. Hal ini lalu membuatnya merekam kejadian penganiayaan tersebut.

"Saya menduga motif perekaman pelaku kekerasan ini adalah untuk merendahkan, melecehkan, bahkan menyakiti korban secara lebih dalam," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Minggu (25/2/2023).

Motivasi ini, menurutnya, sangat besar sehingga menutupi ketakutan pelaku kalau rekaman aksi kekerasannya ketahuan.

Saking besarnya motivati tersebut, ia tidak mempertimbangkan kemajuan era digital saat ini di mana seharusnya aksi kejahatannya atau jejaknya disembunyikan.

Ridha menambahkan, tindakan perekaman ini memang bagian yang tidak terpisahkan dalam aksi kekerasan.

"Kejahatan kekerasan itu harus disertai perekaman agar motif pelaku tersebut dapat tercapai atau terpuaskan," lanjutnya.

Ridha menyebutkan, permintaan pelaku merekam aksi penganiayaanya menurutnya bukanlah aksi spontan melainkan sudah direncanakan.

Produksi konten kekerasan dan merendahkan orang lain

Sementara itu, dari jurnal yang sama, Ridha menjelaskan alasan-alasan lain dari pelaku tindak kriminal yang merekam aksinya.

Pertama, pelaku kekerasan seksual merekam kejahatan karena ingin memproduksi konten atas perbuatannya dan merasakan kenikmatan dari situ.

Pelaku bisa juga melakukannya karena ada dorongan ekonomi untuk memeras uang korban. Selain itu, video itu juga menjadi bahan ancaman agar korban diam saja atas kekerasan yang ia alami.

Kedua, tindakan tersebut muncul berkat adanya budaya merendahkan orang lain di tengah masyarakat umum.

Saat ada satu konten yang isinya menyakiti korban, orang-orang lain lalu membagikan konten itu lagi. Pelaku ingin semakin merendahkan korban lewat konten yang dibagi-bagikan itu.

Ketiga, seorang penjahat yang merekam aksinya merupakan salah satu contoh dari kebudayaan merekam suatu kejadian secara instan dan spontan.

Dalam beberapa kasus, tindakan mengambil gambar atau merekam tindak kejahatan dilakukan secara impulsif.

Pelaku menganggap tindakan kejahatan yang ia lakukan sebagai momem baru, tidak biasa terjadi, atau layak dibagikan ke orang lain. Hal ini membuat ia tergerak mendokumentasikan peristiwa tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Tren
Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tren
Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Tren
Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Tren
Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Tren
Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Tren
Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Tren
KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

Tren
5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

Tren
Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Tren
12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

Tren
Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Tren
Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Tren
Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Tren
Kata 'Duit' Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Kata "Duit" Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com