KOMPAS.com - Di Kepulauan Faroe, ada satu pulau kecil yang istimewa karena disebut memiliki awan pribadi.
Jika hari tengah cerah, pulau kecil yang berbentuk kerucut itu akan ditutupi tudung berupa gumpalan awan yang menyerupai topi.
Nama pulau kecil itu adalah Litla Dimun, yaitu pulau terkecil dari gugusan 18 pulau yang ada di Kepulaan Faroe.
Kepulauan Faroe sendiri adalah sekelompok pulau kecil-kecil yang terletak di Samudra Atlantik, tepatnya 320 kilometer utara-barat laut Skotlandia, sekitar 580 kilometer dari Norwegia dan sekitar 430 kilometer dari Islandia.
Baca juga: Mercusuar Paling Terpencil di Dunia, Pernah Membuat Penjaga Gila akibat Tersiksa Sepi
Dilansir dari Atlas Obscura, awan pribadi milik Litla Dimun adalah awan lentikular. Awan stasioner ini biasanya terbentuk di atas puncak gunung atau daratan menonjol lainnya.
Awan lentikular adalah awan gelombang orografik yang terbentuk ketika udara stabil dan angin bertiup melintasi bukit dan pegunungan dari arah yang sama atau serupa dari ketinggian yang berbeda melalui troposfer.
Disebut lentikular karena awan ini memang berbentuk mirip lensa.
Awan ini akan melayang tepat di puncak pulau Litla Dimun, kadang-kadang tumpah ke tanah hijau saat udara di laut sangat dingin.
Ahli meteorologi Jesse Ferrell mengatakan kepada AccuWeather bahwa awan lentikular terbentuk ketika udara bergerak di atas pegunungan, dan bersuhu cukup dingin untuk kemudian terjadi kondensasi.
“Awan lentikular berbeda dari awan lain karena ia tidak bergerak. Mereka terus-menerus direformasi di lokasi yang sama oleh udara baru yang naik ke atas gunung, memadatkan dan menghasilkan awan,” ujar Ferrell.
Karena sifatnya yang menetap dan tidak bergerak, beberapa orang mengira awan ini sebagai UFO.
Baca juga: Rumah Tersepi di Dunia Akhirnya Laku, Pembeli Menikmati Potongan Surga di Setiap Senjanya
Masih dari sumber yang sama, dari gugusan pulau di Faroe, hanya Litla Dimun daratan kecil yang tak pernah dihuni oleh manusia hingga kini.
Meski begitu, selama berabad-abad, tetap ada manusia yang rutin mengunjungi pulau itu untuk merawat binatang yang menguasai Litla Dimun, yaitu domba-domba.
Hingga pertengahan abad ke-19, domba Litla Dimun menguasai pulau yang berdinding cukup terjal tersebut.
Masyarakat setempat meyakini mitos bahwa domba liar berekor pendek berwarna hitam ini adalah keturunan hewan yang dibawa ke daerah tersebut selama era Neolitikum. Sayang, perburuan liar membuat domba langka itu mulai punah di tahun 1800-an.