Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Ibu dan Bayi 6 Bulan Berhasil Diselamatkan Usai 30 Jam Terjebak Reruntuhan Pascagempa Turkiye

Kompas.com - 08/02/2023, 12:31 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang bayi berusia enam bulan dan ibunya berhasil diselamatkan dari bawah reruntuhan pascagempa Turkiye.

Mereka diketahui telah terjebak di dalam reruntuhan bangunan yang roboh selama hampir 30 jam.

Sebagaimana diketahui, gempa berkekuatan magnitudo 7,8 itu mengguncang Turkiye pada Senin (6/2/2023).

Dilansir dari The National, petugas penyelamat mengeluarkan bayi Ayse yang hampir tidak menangis maupun terluka, meskipun tampak kotor.

Bagaimana ceritanya?

Baca juga: Viral, Video Bangunan Apartemen di Turkiye Runtuh Kurang dari 10 Detik akibat Gempa M 7,8

Suara dari gedung yang runtuh

Sebagaimana dilansir news360.es, asal mula penyelamatan ibu dan bayi berusia 6 bulan tersebut adalah saat petugas SAR mendengar suara dari reruntuhan gedung apartemen di jalan di distrik Odabasi.

Mendengar suara itu, petugas segera melakukan pencarian sumber suara.

Setelah disisir, mereka menemukan sumber suara tersebut berasal dari ibu dan bayi tersebut.

Upaya penyelamatan pun langsung dilakukan.

Ayse, bayi berusia 6 bulan yang pertama dikeluarkan dari reruntuhan gedung yang roboh diguncang gempa besar tersebut.

Sang ibu, Hulya Yilmaz, muncul tak lama setelah itu. Dia bisa berjalan keluar, tetapi harus dibantu dengan menggunakan neck collar atau penyangga leher.

Setelah itu, mereka berhasil menemukan Hulya Yilmaz dan bayinya.

Dua orang yang diselamatkan telah dibawa ke rumah sakit terdekat untuk perawatan, tanpa rincian lebih lanjut tentang kondisi mereka saat ini.

Sementara itu, upaya pencarian dan penyelamatan korban di daerah tersebut terus berlanjut.

Baca juga: Siapa Frank Hoogerbeets? Twitnya Viral Sebut Akan Ada Gempa di Turkiye 3 Hari Sebelumnya

Upaya penyelamatan korban gempa Turkiye

Seorang pria membawa korban di desa Besnia dekat perbatasan Turkiye di Suriah.AP PHOTO/GHAITH ALSAYED via ABC INDONESIA Seorang pria membawa korban di desa Besnia dekat perbatasan Turkiye di Suriah.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, lebih dari 8.000 orang telah diselamatkan dan lebih dari 53.000 personel penyelamat membantu upaya tersebut.

Seperti diketahui, gempa berkekuatan M 7,8 mengguncang Kota Nurdagi di Patahan Anatolia Timur pada Senin (6/1/2023) sekitar pukul 04.00 pagi.

Gempa menyebar ke arah timur laut, membawa kehancuran ke Turkiye tengah dan Suriah.

Ini merupakan kekuatan yang sama dengan gempa 1939 yang menewaskan sekitar 30.000 orang di timur laut Turkiye.

Dikutip dari Aljazeera, para ahli mengatakan bahwa beberapa faktor telah memperparah gempa, termasuk kualitas bangunan yang buruk.

"Salah satu alasan mengapa jumlah korban begitu tinggi adalah kualitas bangunan yang buruk," kata ahli dari Kandilli Observatory and Earthquake Research Institute Universitas Bogazici Istanbul, Mustafa Erdik.

Baca juga: UPDATE Gempa Turkiye: Korban Tewas Bertambah Menjadi 7.800 Orang

 

Ribuan bangunan runtuh

Dilansir dari CNN, lebih dari 5.700 bangunan di Turkiye runtuh, menurut badan bencana negara itu.

Tim penyelamat berpacu dengan waktu untuk menarik korban selamat keluar dari bawah puing-puing.

Gempa pada Senin tersebut merupakan salah satu gempa bumi yang terkuat yang pernah dialami Turkiye dalam satu abad terakhir.

Turki tidak asing dengan gempa bumi yang kuat, karena terletak di sepanjang batas lempeng tektonik.

Tujuh gempa dengan magnitudo 7,0 atau lebih besar telah melanda negara itu dalam 25 tahun terakhir, tetapi gempa pada Senin adalah salah satu yang paling kuat.

Baca juga: WHO Perkirakan Korban Gempa Turkiye-Suriah Capai 20.000 Orang, Ini Alasannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com