"Percampuran Siwa-Buddha. Ada beberapa arca yang seperti itu," jelas Maziyah.
Ia menerangkan, pada zaman dahulu nenek moyang tidak mengenakan pakaian atas dan hanya menutup tubuh bagian bawah.
Hal tersebut dapat disaksikan ketika masyarakat berkunjung ke Candi Sukuh atau Candi Cetho yang berada di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Arca-arca di kedua candi tersebut memperlihatkan alat kemaluan laki-laki yang dipersonifikasikan dari kepercayaan yang dianut pada waktu itu.
"Lingga, alat kelamin laki-laki merupakan representasi dari Dewa Siwa," jelas Maziyah.
Lato-lato yang belakangan ini tengah populer di kalangan anak sebenarnya adalah permainan lawas. Namun kini, permainan ini kembali populer.
Dikutip dari Kompas.com, cara bermain lato-lato adalah dengan cara membenturkan dua bola dari plastik polimer yang diikat menggunakan tali tersebut.
Tali pada lato-lato dapat dijepit pada jari yang dirapatkan dengan posisi telapak tangan vertikal.
Baca juga: Viral, Video Pernikahan Disambut Lato-Lato, Bagaimana Ceritanya?
Setelah itu, dua bola dapat digerakkan secara perlahan hingga saling berbenturan dan berbunyi tak-tak-tak.
Seorang pemain dapat dikatakan jago bermain lato-lato apabila benturan kedua bola cepat dan posisinya stabil.
Perlu diketahui bahwa lato-lato sebenarnya bukanlah permainan asli Indonesia dan baru naik daun sekitar tahun 1990-an.
Ada beberapa nama untuk permainan ini, seperti clackers ball dan nok-nok.
Meski di Tanah Air populer sebagai permainan, lato-lato di Argentina malah digunakan sebagai senjata untuk berburu.
Nama lato-lato di Negeri Tango adalah bolas, biasa digunakan penggembala untuk berburu hewan sejenis Ilama.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.