"Sontoloyo itu pengembala bebek, pekerjaan. Tetapi karena bebeknya itu kan biasanya dibawa ke sawah yang baru dipanen dan bebeknya ngacak-ngacak di sana," jelas Drajat kepada Kompas.com, Rabu.
Drajat melanjutkan, ratusan bebek yang digiring sontoloyo akan datang dan pergi dengan cara berbaris sepanjang jalan.
Namun, terkadang rombongan bebek akan menyeberangi jalan secara sembarangan hingga menyulitkan orang lain.
Karakteristik seorang sontoloyo dan rombongan bebek yang seenaknya sendiri ini membuat orang mengumpat dengan "Dasar sontoloyo".
"Karena ada karakteristik seperti itu, kemudian dipakailah nama sontoloyo sebagai ujaran yang terkait dengan makna negatif, sebuah kebodohan, kesembronoan, sak karepe dewe (semaunya sendiri)," kata Drajat.
Baca juga: Apa Itu Bajingan, dan Bagaimana Sejarahnya Jadi Kata Makian?
Lebih lanjut Drajat menerangkan, pergeseran makna kata seperti sontoloyo masuk dalam konteks sosiopragmatik.
Artinya, makna sebuah istilah mengalami perkembangan karena adanya relasi sosiologis atau kondisi sosiologis di masyarakat.
Menurut dia, kondisi sosiologis masyarakat membuat arti sontoloyo bergeser menjadi berkonotasi negatif.
Hal serupa terjadi pula pada kata bajingan, yang semula merupakan nama profesi pengemudi gerobak sapi.
"Di dalam konteks sosiologis tertentu, kata-kata itu kemudian dipilih untuk dimaknai sesuatu yang tentu kadang ada kaitannya dengan kata asli kadang tidak," ungkap Drajat.
Baca juga: Ramai soal Bola Api Terbang Disebut Banaspati, Apa Itu?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.