Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sunardi Siswodiharjo
Food Engineer dan Praktisi Kebugaran

Food engineer; R&D manager–multinational food corporation (2009 – 2019); Pemerhati masalah nutrisi dan kesehatan.

Tahun Baru dan Momentum Mengubah Perilaku

Kompas.com - 27/12/2022, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Selain itu hampir semua keinginan konsumen terpenuhi misalnya harganya relatif terjangkau, mudah didapat, kemasan sangat menarik, dan praktis. Ciri lainnya adalah adiktif sehingga tidak pernah cukup makan satu, akhirnya cenderung makan berlebihan.

Obesitas menjadi risiko paling terlihat, namun hal itupun baru akan terjadi setelah bertahun-tahun kemudian. Obesitas adalah biang penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes tipe-2, gangguan ginjal, kanker, fatty liver, dan stroke.

Langkah utama dalam “melawan” kaidah tersebut di atas dengan meningkatkan kesadaran. Perlu kerja keras dan latihan yang intens untuk mencapainya. Ini tentang mengubah perilaku, mengubah kebiasaan buruk yang sudah sangat lama terbentuk dan berkerak.

Bukan semata mengubah pengetahuan tentang kebiasaan yang baik dan yang buruk. Memperbaiki literasi kesehatan atau literasi (gizi) saja dirasa belum cukup. Musuh utama mengubah perilaku adalah diri sendiri, dan rahasia kegagalan yang utama adalah kalah melawan diri sendiri.

Kunci Mengubah Perilaku

Dalam ilmu mengubah perilaku atau kebiasaan diketahui terdapat tiga tingkat perubahan. Masing-masing perubahan hasil, proses, dan identias.

Sumber kegagalan yang umum ditemukan adalah orang hanya berfokus pada perubahan hasil saja. Padahal perubahan proses (untuk mencapai kebiasaan baik yang baru) merupakan kunci suskes untuk berubah.

Identitas sama pentingnya dengan proses, karena di balik proses selalu dibarengi dengan identitas atau keyakinan yang kuat. Contoh paling mudah dan umum terjadi adalah, resolusi berupa keinginan menurunkan berat badan (BB). Turun sekian kilogram BB adalah “perubahan hasil”. Sementara membakar kalori lebih banyak (burn more) dengan berolah raga serta makan dengan sedikit kalori (eat less) adalah “perubahan proses”.

Kemudian, keyakinan baru bahwa kita bukan pemalas dan tidak makan berlebihan adalah “perubahan identitas diri”.

Kegagalan dimulai saat rasa bosan dan frustasi muncul setelah beberapa hari atau minggu melihat timbangan dan ternyata BB tidak kunjung turun. Kita hanya fokus pada timbangan dan BB. Kita lupa bahwa perubahan proses sedang berjalan, dan sesungguhnya sudah memberikan kemajuan, meskipun kecil, misalnya badan menjadi lebih enteng karena sudah rutin olah raga.

Saat itulah yang disebut dengan lembah kekecewaan atau valley of disappointment, periode di mana kemajuan atau hasil sudah ada namun belum terlalu kelihatan.

Para pecundang cenderung akan berhenti (quit) lebih awal ketimbang para pemenang. Itulah menagapa, Strava, sebuah aplikasi kebugaran global yang sangat populer, menyebutnya sebagai Quitter’s Day.

Hari di mana para pengguna Strava melaporkan kegagalan resolusi tahun barunya dengan berhenti berolah raga. Celakanya, Quitter’s Day terjadi ketika bulan Januari belum selesai, tepatnya tanggal 19 Januari.

Tagline “the winners never quit and the quitters never win” agaknya cocok untuk menggambarkan hal tersebut. Padahal beberapa penelitian ilmiah menyebutkan setidaknya diperlukan waktu hingga 59 atau 66 hari untuk melihat perubahan hasil secara signifikan.

Hal tersebut merujuk pada dua riset yang dilakukan oleh Keller, Jan, et al. (2021) dengan tajuk "Habit formation following routine-based versus time-based cue planning: A randomized controlled trial", yang diterbitkan oleh jurnal British Journal of Health Psychology.

Penelitian yang lainnya adalah “How Are Habits Formed: Modelling Habit Formation in the Real World” oleh Lally et al., (2010), yang terbit di jurnal European Journal of Social Psychology.

Bila salah satu resolusi tahun baru Anda adalah berolah raga, maka mulailah bergabung dengan sebuah komunitas olah raga. Mengapa? Karena menurut riset Strava, hal itu akan mampu meningkatkan aktivitas Anda sebesar 46 persen.

Kunci lain agar resolusi tahun baru berhasil adalah mengikuti empat kaidah perubahan yakni : (1) membuatnya jelas, realistis dan terukur, (2) membuatnya menarik, (3) membuatnya mudah (pecah tujuan ke dalam rencana yang lebih spesifik dan kecil), dan (4) membuatnya memuaskan, berikan apresiasi untuk diri sendiri meski untuk pencapaian yang kecil (Clear, 2022).

Tiap orang memiliki cara dan gaya masing-masing untuk sukses memenuhi empat kaidah di atas. Tidak ada cara tunggal untuk mencapainya. Modal utamanya adalah kreativitas dan kesabaran.

Selamat Tahun Baru 2023. Saat yang tepat memulai hidup dengan perilaku baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com