"The most obvious relationship is coral reefs and tropical atoll formations especially in the central and western Pacific (Hubungan yang paling jelas adalah terumbu karang dan formasi tropis terutama di Pasifik tengah dan barat)," jelas dia.
Faktanya, sekitar 25 persen kehidupan ikan di laut memang bergantung pada terumbu karang.
Tak hanya menyuguhkan keindahan laut, Cameron juga melakukan riset yang cukup panjang untuk menghadirkan budaya di film sekuel Avatar ini.
Seperti diketahui, di dalam film, Jack Sully memutuskan untuk memboyong keluarganya menemui suku Metkayina yang merupakan penguasa lautan.
Suku tersebut memiliki tato di beberapa bagian tubuhnya. Selain itu, mereka juga tinggal di tepi pantai yang disebut Desa Awa'atlu.
"The are the sea people in Indonesia that live on stilted homes and live on rafts and so on (Mereka adalah orang-orang laut di Indonesia yang tinggal di rumah panggung dan hidup di atas rakit dan sebagainya)," kata Cameron.
Cameron juga mengaku terinspirasi dari budaya Polinesia untuk menciptakan karakter dari suku Metkayina.
Baca juga: Suku Bajo di Indonesia Jadi Inspirasi Metkayina di Film Avatar 2
Dilansir dari Indonesia.go.id, suku Bajo terkenal dengan kehebatannya menjelajahi lautan.
Masyarakatnya bahkan bisa menyelam hingga kedalaman 70 meter di bawah permukaan laut hanya dengan satu kali tarikan napas.
Dulunya, orang-orang suku Bajo terbiasa hidup di atas perahunya atau sering disebut nomaden.
Namun, saat ini banyak orang Bajo membangun rumah di atas laut dangkal sebagai tempat tinggal.
Tak hanya berada di Indonesia, suku Bajo juga tersebar di lautan Malaysia, Filipina, dan Thailand.
Di Indonesia, mereka tersebar di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan wilayah Indonesia bagian timur lainnya.
Baca juga: Avatar 3 Dikabarkan Telah Diselesaikan James Cameron, Durasinya Mencapai 9 Jam
Berdasarkan sejarahnya, suku ini berasal dari Kepulauan Sulu di Filipina selatan yang hidup di lautan lepas dan masuk ke Indonesia.
Kehebatan suku Bajo dalam mengarungi laut membuat banyak ilmuwan dunia tertarik untuk membuat penelitian.