Indra menerangkan, teorinya mengatakan bahwa perempuan melepaskan feromon ke udara.
Feromon ini kemudian akan memberi sinyal ke hipotalamus di otak dan memicu perubahan siklus menstruasi perempuan lain.
"Dan menyebabkan perempuan mengalami siklus menstruasi yang hampir sinkron," ujar dia.
Sementara itu, kata Indra, studi oleh Morofushi dan rekannya pada 2000 juga meneliti hal serupa terhadap 64 wanita Jepang yang tinggal di asrama.
Hasilnya, sebanyak 24 remaja putri mengalami sinkronisasi dengan teman sekamar mereka dalam waktu tiga bulan.
Dia melanjutkan, sinkronisasi perubahan jadwal menstruasi tersebut dipicu oleh kemampuan mencium alfa-androstenol, salah satu feromon, dari teman perempuan yang selalu bersama.
"Bagi wanita yang memang mengalami sinkroni, semua mengubah siklus mereka di waktu yang sama," tambah Indra.
Pada beberapa perempuan, aromatase feromon juga menjadi faktor penentu ketika kelompok perempuan mengalami ovulasi dan menstruasi.
Kendati penelitian terkait efek McClintock masih terus diteliti, Indra mengatakan bahwa ilmu pengetahuan belum dapat meyakinkan fenomena menstruasi ini nyata atau hanya kepercayaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.