Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Susi Ivvaty
Penulis Kolom

Founder alif.id; Magister Kajian Tradisi Lisan Universitas Indonesia dan Pelestari Tradisi Lisan;  Pengurus Lesbumi PBNU 2022--2027. Pernah menjadi wartawan Harian Bernas dan Harian Kompas, serta menyukai isu-isu mengenai tradisi, seni, gaya hidup, dan olahraga.

Meneguhkan Peran Elite dan Komunitas di KUPI-2 Jepara

Kompas.com - 27/11/2022, 07:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

NYAI Badriyah Fayumi, Ketua Panitia Pengarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) 2, tampak emosional ketika menyampaikan “Pidato Gerakan KUPI: Meneguhkan Peran Ulama Perempuan untuk Peradaban yang Berkeadilan” pada Pembukaan KUPI-2 di Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari Bangsri, Jepara, Jawa Tengah, Kamis (24/11/2022).

Baru dua kalimat ia bicara, nadanya terbata dan sedikit serak, menahan tangis. Luapan haru Badriyah, satu di antara sejumlah inisiator KUPI, malam itu adalah sebentuk penghayatan hakiki, mengingat proses panjang KUPI sejak awal digagas tahun 2015 hingga KUPI-2 yang menyedot perhatian berlipat: diikuti 1.600 peserta. Itu pun belum termasuk romli (rombongan liar) yang nekat datang meski tidak mendaftar.

Baca juga: Gerakan Progresif Kongres Ulama Perempuan di Semarang Dibanjiri Pujian dari Berbagai Negara

“Pasti terharu banget. Luar biasa perjuangan Mbak Bad dan para ulama serta aktivis perempuan lain,” kata seorang peserta KUPI-2 saat acara pembukaan yang dihadiri Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah; Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar; Menteri Agama 2014—2019 Lukman Hakim Saifuddin; Pendiri dan Ketua Yayasan Fahmina Kiai Husein Muhammad, serta sejumlah tokoh dan pejabat nasional dan Jawa Tengah.

Hal lain yang membuat haru adalah perjalanan menuju kota kecil Bangsri, yang berjarak sekitar 90 km dari Simpang Lima Kota Semarang, melewati ruas-ruas jalan yang berlubang di sana-sini dan harus menyalip truk-truk besar yang bergerak lambat.

Puluhan peserta KUPI dari 31 negara seusai mengkuti konferensi internasional selama dua hari, 22-23 November 2022, di UIN Walisongo Semarang lantas melanjutkan perjalanan ke Bangsri. Bisa dibayangkan, Bangsri menjadi penuh “diserbu” lebih dari 1.000 orang dari luar kota.

Pesantren Hasyim Asy’ari dengan pengasuh utama Nyai Aizzah Amin Soleh dan dikelola pasangan Nuruddin Amin dan Hindun Anisah tidak mungkin menampung semuanya. Maka itu, sebagian peserta menginap di rumah-rumah penduduk di sekitar ponpes dan sebagian lagi menginap di hotel-hotel kecil di Jepara.

“Perwakilan dari Kenya saja ada 12 orang, harus jelas bagaimana akomodasi, transportasi, dan lain-lain,” kata Hanifah Haris dari AMAN Indonesia.

Beberapa teman seperjalanan berseloroh, “Ini perjalanan ke KUPI berasa mau ke Muktamar NU”.

Aha, benar juga. Adalah lazim datang ke perhelatan muktamar dengan sedikit rekoso, dan bahkan menambah kenikmatannya, terutama bagi para romli.

Seperti dikatakan Badriyah, rombongan dari Pamekasan Kabupaten Madura, Jawa Timur, sampai menyewa dua bus untuk datang ke Bangsri.

Mengukuhkan Peran

Saya masih teringat perhelatan KUPI-1 yang digelar di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy Cirebon pada 25—27 April 2017. Saat itu, sambutannya juga termasuk di luar dugaan, karena awalnya “hanya” ingin mengonsolidasi para ulama perempuan (laki-laki ulama dan perempuan ulama) sebagai sebentuk penegasan eksistensi keulamaan perempuan.

Beberapa pentolannya: Badriyah Fayumi (Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Bekasi), Maria Ulfah Anshor (Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam NU), Nur Rofiah (Dosen Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran), Atiyatul Ulya (Dosen Fakultas Ushuludin UIN Jakarta), Faqihuddin Abdul Kodir (Dewan Pengurus Fahmina Institute/Dosen IAIN Syekh Nurjati), dan Ninik Rahayu (Anggota Ombudsman RI 2016—2021).

Tak dinyana namun diharapkan, KUPI berkembang menjadi gerakan bersama banyak kalangan (ulama, aktivis, jurnalis, pengamat) perorangan maupun lembaga, yang meyakini nilai-nilai keislaman, kebangsaan, kemanusiaan, dan kesemestaan dengan pendekatan makruf dan mubadalah (kesalingan) berdasarkan teks keagamaan Islam yang rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta alam).

Lima tahun berlalu, dan kepanitiaan di KUPI-2 pun bertambah, meliputi AMAN Indonesia, ALIMAT, Rahima, Fahmina, Gusdurian, UIN Walisongo Semarang, dan Pesantren Hasyim Asyari Jepara.

Baca juga: Kemenko PMK Gandeng KUPI Atasi Kekerasan terhadap Perempuan Pekerja Migran

“Untuk KUPI-3 lima tahun mendatang, sudah ada tiga pesantren yang mengajukan diri menjadi tuan rumah,” kata Badriyah, disambut tepuk tangan hadirin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com