Selain itu ada panggung budaya lokal yang diorganisir Lesbumi Jepara sebagai upaya pelestarian tradisi dan penguatan kebangsaan.
KUPI menjadi wadah bagi “pesta” rakyat, yang masih bisa dikembangkan lagi dalam KUPI-3. Saya melihat peran tuan rumah yang menonjol untuk membuhulkan ruang-ruang yang beragam: ruang pesantren dan kampung, ruang elite dan akar rumput, ruang gagasan dan aksi.
Sampai di sini, saya rasa KUPI telah menjadi satu ruang pertunjukan, merujuk Richard Schechner (2006), karena telah memberi fungsi hiburan, keindahan, mengembangkan komunitas, “menyembuhkan” audiens, lalu mengajari, membujuk, atau meyakinkan masyarakat, serta menghadapi sesuatu yang suci/gaib seperti dalam aktivitas riyadhoh.
Tentu saja masih ada forum akademik yang menjadi kekhasan KUPI, karena bagaimana mungkin membahas beragam persoalan terkait peradaban jika pembahasnya tidak intelek, pasti hasilnya tidak akan otoritatif. Bahkan namanya pun makin mentereng, “Mubadalah Postgraduate Forum”, yang disebut sebagai pertanggungjawaban akademik kerja-kerja peradaban KUPI.
Sesungguhnya, peran keulamaan perempuan adalah niscaya. Kita sebetulnya sudah memiliki contoh sahih di masa lampau. Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, kita mengenal Fathimah r.a, Aisyah r.a, Umm Salamah r.a, Nusaibah r.a, Hafsah r.a, dan lain-lain, yang tampil ke publik sebagai perempuan dengan otoritas keulamaan dalam kehidupan sosial umat.
Jika kemudian peran-peran perempuan seolah terputus sebagai bagian dari dinamika sejarah, tidak berarti para perempuan tidak belajar. Pemegang tampuk kekuasaan adalah pemegang kendali, termasuk mengendalikan tafsir atas nas.
Kita bisa melihat Iran belakangan ini, ketika hak-hak para perempuan benar-benar dibungkam. Aksi-aksi protes telah menewaskan puluhan aktivis perempuan. Indonesia, jangan sampai seperti Iran.
Jaringan KUPI yang kian membesar semoga makin bisa merangkul semua pihak, emak-emak dan bapak-bapak. K dalam KUPI mungkin bisa dibaca keluarga.
Seorang rekan sempat berseloroh, "Kok KUPI menjadi terlihat seperti PKB (Partai Kebangkitan Bangsa)". Mungkin hanya canda biasa karena melihat sejumlah nama yang hadir dan berpartisipasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.