MARI kita sejenak rihat dari riuh-rendah Elon Musk di media sosial pascamemborong saham Twitter dan burung biru itu menjadi miliknya.
Jagat media sosial lainnya, yaitu Instagram beberapa waktu lalu dibuat heboh karena ulah nenek berusia 63 tahun.
Sahibul hikayat, nenek ini diblokir oleh Instagram ketika mau melakukan live lantaran sering mengumbar aurat pada postingan-nya.
Sang nenek bernama lengkap Madonna Louise Ciccone. Publik lebih mengenal Madonna, ratu pop yang perjalanan karirnya membentang sejak tahun 1980-an hingga hari ini.
Jaman boleh berubah. Generasi juga boleh berganti. Namun singgasana Madonna sebagai penyanyi papan atas tidak tergeser.
Dalam era multi disrupsi sekarang ini Madonna menjadi contoh paripurna dari istilah yang sedang populer, relevan.
Kajian disrupsi yang mula pertama dicetuskan oleh guru manajemen Profesor Clayton Christensen pada tahun 1995 dan baru menemukan implementasinya dua puluh tahun kemudian, memang mengajarkan pada satu hal, being relevant.
Dalam kajian manajemen, disrupsi akan memunculkan produk (jasa) yang sama sekali baru sehingga produk (jasa) lama menjadi tidak relevan. Alhasil produk (jasa) lama wajib menjadi relevan agar tetap dicari konsumen.
Era 1980 hingga 1990-an, gairah musik pop dunia diwarnai oleh penampilan para diva, seperti Cyndi Lauper, Sheena Easton, hingga Olivia Newton John.
Membuka fajar milenial, tahun 2000-an, diva-diva yang muncul adalah Avril Lavigne, Alicia Keys, Christina Aguilera, dan Britney Spears.
Sepuluh tahun berikut, era 2010-an tampil para kampiun baru seperti Taylor Swift, Adele, Katy Perry, hingga Rihanna. Hari ini yang mengharu-biru adalah Olivia Rodrigo dan Billie Eilish.
Di mana posisi Madonna? Ada di tengah-tengah era mereka. Ketika para diva 1980-1990-an lenyap entah kemana dan Billie Eilish serta Olivia Rodrigo langganan memborong piala Grammy dua tahun terakhir, publik tetap tidak meminggirkan Madonna.
Perempuan yang lahir 16 Agustus 1958 tersebut mampu melintasi generasi dan tetap dipuncak karier. Mengapa Madonna tetap relevan?
Ada tiga alasan utama. Pertama, kompetensi. Dalam ranah pengembangan sumber daya manusia, kompetensi gabungan dari pengetahuan, ketrampilan, dan motivasi.
Madonna memutuskan menjadi penyanyi. Pengetahuan dan keterampilan menyanyi selalu diasah sampai tingkat optimal.