KOMPAS.com - Tragedi pesta Halloween di Itaewon, Korea Selatan yang terjadi pada Sabtu (29/10/2022) masih menyisakan luka.
Mereka yang selamat dari tragedi desak-desakan pada malam itu menceritakan kekacauan yang terjadi. Salah satunya, warga asal Indonesia Beta Bayusantika (27).
Beta yang tengah menempuh pendidikan master di Universitas Hanyang itu mengaku sangat ingin merasakan pengalaman pesta Halloween di Itaewon. Dia sempat berkecil hati lantaran selama pandemi, pesta Halloween itu ditiadakan.
Pesta Halloween di lingkungan multikultural itu memang sangat populer. Bahkan sempat difilmkan dalam drama berjudul "Itaewon Class".
Akhirnya, untuk pertama kalinya, Beta bertolak menuju ke Itaewon untuk merayakan pesta Halloween pada hari Sabtu (29/10/2022).
"Saya ke sana mungkin jam 9 sampai 10 malam di Stasiun Itaewon. Itu sangat ramai. Dari sudut gang, kami melihat banyak orang berusaha keluar dari sana. Sungguh menyayat hati," ceritanya, dikutip dari The Korea Times.
Beta juga mnegaku mendengar suara teriakan orang-orang yang meminta tolong dalam bahasa Korea.
Di saat yang sama, dia melihat petugas pemadam kebakaran dan polisi yang sudah berada di lokasi kecelakaan, teatnya di sebelah Hamilton Hotel.
"Petugas pemadam kebakaran dan polisi ada di sana, mencoba mengevakuasi banyak orang dari kerumunan. Banyak orang melakukan CPR," terang dia.
Baca juga: Seperti Apa Perayaan Pesta Halloween di Itaewon, Korea Selatan?
Tak hanya Beta, Abdo Al-Kader (31) warga negara Libya yang tinggal di Jaecheon juga menjadi salah satu pengunjung yang selamat dari insiden malam itu. Dia turut membagikan apa yang mereka lihat dan alami.
Menurutnya, saat insiden terjadi, malam pesta Halloween di Itaewon itu terasa berbeda dengan perayaan di tahun-tahun sebelumnya yang pernah dikunjunginya.
"Tadi malam banyak orang di sini. Orang-orang tidak tahu harus berbuat apa. Polisi datang, mereka menurunkan orang dan banyak orang melakukan CPR kepada mereka yang ada di tanah. Semuanya terjadi dalam sekejap," terangnya.
Sementara itu, Osman Karakan (26), seorang warga negara Turki yang telah bekerja di Korea sebagai pelukis sejak 2020, mengatakan bahwa dirinya sempat memberikan uluran tangan untuk memindahkan orang-orang yang tidak sadar di jalan.
"Saya di sini bersama teman-teman saya dari sekitar jam 9 malam. Gang itu sangat ramai sehingga kami pikir itu bisa berbahaya, jadi kami berlindung di klub terdekat," ujar dia.
"Ketika kami keluar dari sana sekitar jam 10.30 malam, orang-orang mati tergeletak di sana. Di jalan dan banyak orang melakukan CPR pada para korban," tambah dia.
Baca juga: Deretan Pesta yang Berujung Duka, Termasuk Tragedi Halloween Itaewon
Karakan berpendapat bahwa situasinya malam itu sangat berbeda dari pesta Halloween sebelumnya di Itaewon. Sebab, daerah itu terasa lebih ramai dan situasinya tampak sangat kacau.
Dia juga mengatakan bahwa petugas kepolisian yang berjaga sebelum insiden terjadi tidak cukup memadai.
"Kemarin, tidak banyak polisi lalu lintas dibandingkan dengan berapa banyak orang yang berkumpul di sana. Tidak cukup orang di sana untuk mengendalikan kerumunan. Jika ada cukup banyak petugas polisi yang menyuruh orang pergi ke sana-sini, itu bisa mencegah sesuatu. seperti ini," kata Karakan.
Hal serupa juga disampaikan oleh Al Kader. Kader membandingkan keramaian malam itu dengan malam seminggu yag lalu, ketika ada festival makanan dan budaya Internasional.
"(Saat itu), lingkungan itu juga ramai dengan pengunjung, tetapi situasinya terkendali dengan kehadiran polisi yang memadai," ucapnya.
Dilansir dari CBS News, pada malam itu, diperkirakan ada 100.000 orang berkumpul di Itaewon untuk merayakan pesta Halloween terbesar di Korea Selatan yang kembali digelar setelah sempat ditiadakan selama pandemi Covid-19.
Baca juga: Tragedi Halloween Itaewon, Ini Penyebabnya Menurut Teori Warga