Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Korban Selamat di Pesta Halloween Itaewon dari Indonesia

Kompas.com - 31/10/2022, 14:00 WIB
Alinda Hardiantoro,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tragedi pesta Halloween di Itaewon, Korea Selatan yang terjadi pada Sabtu (29/10/2022) masih menyisakan luka.

Mereka yang selamat dari tragedi desak-desakan pada malam itu menceritakan kekacauan yang terjadi. Salah satunya, warga asal Indonesia Beta Bayusantika (27).

Beta yang tengah menempuh pendidikan master di Universitas Hanyang itu mengaku sangat ingin merasakan pengalaman pesta Halloween di Itaewon. Dia sempat berkecil hati lantaran selama pandemi, pesta Halloween itu ditiadakan.

Pesta Halloween di lingkungan multikultural itu memang sangat populer. Bahkan sempat difilmkan dalam drama berjudul "Itaewon Class".

Pertama kali sejak pandemi Covid-19

Akhirnya, untuk pertama kalinya, Beta bertolak menuju ke Itaewon untuk merayakan pesta Halloween pada hari Sabtu (29/10/2022).

"Saya ke sana mungkin jam 9 sampai 10 malam di Stasiun Itaewon. Itu sangat ramai. Dari sudut gang, kami melihat banyak orang berusaha keluar dari sana. Sungguh menyayat hati," ceritanya, dikutip dari The Korea Times.

Beta juga mnegaku mendengar suara teriakan orang-orang yang meminta tolong dalam bahasa Korea.

Di saat yang sama, dia melihat petugas pemadam kebakaran dan polisi yang sudah berada di lokasi kecelakaan, teatnya di sebelah Hamilton Hotel.

"Petugas pemadam kebakaran dan polisi ada di sana, mencoba mengevakuasi banyak orang dari kerumunan. Banyak orang melakukan CPR," terang dia.

Baca juga: Seperti Apa Perayaan Pesta Halloween di Itaewon, Korea Selatan?

Tak hanya Beta, Abdo Al-Kader (31) warga negara Libya yang tinggal di Jaecheon juga menjadi salah satu pengunjung yang selamat dari insiden malam itu. Dia turut membagikan apa yang mereka lihat dan alami.

Menurutnya, saat insiden terjadi, malam pesta Halloween di Itaewon itu terasa berbeda dengan perayaan di tahun-tahun sebelumnya yang pernah dikunjunginya.

"Tadi malam banyak orang di sini. Orang-orang tidak tahu harus berbuat apa. Polisi datang, mereka menurunkan orang dan banyak orang melakukan CPR kepada mereka yang ada di tanah. Semuanya terjadi dalam sekejap," terangnya.

Sementara itu, Osman Karakan (26), seorang warga negara Turki yang telah bekerja di Korea sebagai pelukis sejak 2020, mengatakan bahwa dirinya sempat memberikan uluran tangan untuk memindahkan orang-orang yang tidak sadar di jalan.

"Saya di sini bersama teman-teman saya dari sekitar jam 9 malam. Gang itu sangat ramai sehingga kami pikir itu bisa berbahaya, jadi kami berlindung di klub terdekat," ujar dia.

"Ketika kami keluar dari sana sekitar jam 10.30 malam, orang-orang mati tergeletak di sana. Di jalan dan banyak orang melakukan CPR pada para korban," tambah dia.

Baca juga: Deretan Pesta yang Berujung Duka, Termasuk Tragedi Halloween Itaewon

Karakan berpendapat bahwa situasinya malam itu sangat berbeda dari pesta Halloween sebelumnya di Itaewon. Sebab, daerah itu terasa lebih ramai dan situasinya tampak sangat kacau.

Dia juga mengatakan bahwa petugas kepolisian yang berjaga sebelum insiden terjadi tidak cukup memadai.

"Kemarin, tidak banyak polisi lalu lintas dibandingkan dengan berapa banyak orang yang berkumpul di sana. Tidak cukup orang di sana untuk mengendalikan kerumunan. Jika ada cukup banyak petugas polisi yang menyuruh orang pergi ke sana-sini, itu bisa mencegah sesuatu. seperti ini," kata Karakan.

Hal serupa juga disampaikan oleh Al Kader. Kader membandingkan keramaian malam itu dengan malam seminggu yag lalu, ketika ada festival makanan dan budaya Internasional.

"(Saat itu), lingkungan itu juga ramai dengan pengunjung, tetapi situasinya terkendali dengan kehadiran polisi yang memadai," ucapnya.

Dilansir dari CBS News, pada malam itu, diperkirakan ada 100.000 orang berkumpul di Itaewon untuk merayakan pesta Halloween terbesar di Korea Selatan yang kembali digelar setelah sempat ditiadakan selama pandemi Covid-19.

Baca juga: Tragedi Halloween Itaewon, Ini Penyebabnya Menurut Teori Warga

Halaman Berikutnya
Halaman:

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com