Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: 12 Tahun Gempa Mentawai Disusul Gelombang Tsunami Tewaskan Ratusan Orang

Kompas.com - 25/10/2022, 08:04 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 12 tahun yang lalu, atau tepatnya pada 25 Oktober 2010, gempa berkekuatan 7,2 skala Richter mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.

Diberitakan Harian Kompas, 27 Oktober 2010, gempa mengguncang Mentawai pada pukul 21.42 WIB.

Tak berselang lama, pukul 22.00 WIB, gelombang tsunami setinggi 1,5 meter menerjang wilayah Pulau Pagai Selatan dan Pagai Utara, Mentawai, Sumatera Barat.

Akibatnya, 311 korban ditemukan tewas dan 426 korban lainnya hilang.

Baca juga: Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?


Pusat gempa Mentawai

Ilustrasi gempa bumi, SHUTTERSTOCK/ANDREY VP Ilustrasi gempa bumi,

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), episentrum gempa Mentawai berada di kedalaman 10 kilometer pada jarak 78 kilometer sebelah barat daya Pulau Pagai Selatan.

Sementara itu, Manajer Pusat Pengendalian Operasional Bencana Pemprov Sumbar Ade Edward mengatakan, jumlah pengungsi mencapai 637 keluarga atau sekitar 3.500 orang.

Bantuan logistik yang dikirimkan dari Padang menggunakan kapal sulit menjangkau lokasi bencana mengingat tingginya ombak.

Baca juga: Analisis BMKG soal Gempa M 6,1 yang Mengguncang Mentawai: Subduksi Lempeng di Zona Megathrust

Para pengungsi, menurut Ade, terpaksa tinggal di rumah-rumah warga yang terletak di dataran tinggi.

Diberitakan Harian Kompas, 29 Oktober 2010, Dusun Muntei menjadi salah satu dari 13 dusun yang dilanda gempa bumi dan tsunami.

Dusun-dusun itu ditelan ombak karena tepat berada di pantai sebelah barat, yang menghadap Samudra Hindia.

Di Dusun Muntei, tercatat ada 301 penduduk atau 73 keluarga. Sementara itu, yang ditemukan tewas tercatat 67 orang.

Baca juga: Gempa Terkini M 6,2 Mentawai dan M 7,5 Papua Nugini, Ini Peringatan BMKG

Kesaksian warga

Ratusan warga terpaksa mengungsi ke perbukitan akibat gempa M 6,1 di Mentawai, Senin (29/8/2022)Dok. BPBD Mentawai Ratusan warga terpaksa mengungsi ke perbukitan akibat gempa M 6,1 di Mentawai, Senin (29/8/2022)

Chandra, salah seorang korban selamat yang saat itu berusia 20 tahun, menceritakan bahwa  ia tengah tertidur di rumahnya saat gempa terjadi.

"Saya ingat, waktu bangun bergoyang-goyang. Lalu, saya dengar ada yang menyuruh lari karena takut ada tsunami," kata dia.

"Tetapi, ada juga yang bilang tidak usah karena tidak ada apa-apa. Nyatanya, ombak datang dan menggulung kami semua," tambahnya.

Chandra selamat karena saat air bergulung-gulung datang, ia terbawa gelombang dan terjepit di antara batang pohon kelapa.

Kemudian, seorang laki-laki menghampirinya dan menyelamatkannya.

Baca juga: Analisis Gempa M 5,9 yang Mengguncang Sumatera Barat Pagi Ini

Tersadar sudah berada di atas pohon

Dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 28 Oktober 2010, Iram Sababalat (26) warga Dusun Muntei mengatakan, sebelum gempa dan tsunami terjadi, ia baru pulang ke rumahnya.

Malam itu, ia habis bertugas di sebuah penginapan yang biasa didatangi wisatawan asing.

Saat hendak tidur bersama istri dan anaknya, gempa dan tsunami tiba-tiba menggulung rumahnya. Tak ada kesempatan baginya untuk melarikan diri.

Saat tersadar, ia menemukan dirinya sudah berada di atas pohon durian dan lari menyelamatkan diri ke dataran yang lebih tinggi sebelum datang gelombang kedua.

"Gelombangnya melewati tinggi pohon kelapa," kata Iram.

Baca juga: Soal Potensi Gempa dan Tsunami 10 Meter di Cilacap, Simak Ini Contoh Mitigasi Tsunami

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Antisipasi Gempa Bumi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com