Ia juga tidak melakukan olahraga tambahan, maupun membatasi asupan makanan seperti orang menurunkan berat badan pada umumnya.
"Betul, porsi makanan normal dan tidak ada olahraga tambahan," ucap Gesya.
Baca juga: Olahraga yang Ampuh Membakar Lemak, Bukan Cuma Berlari
Lantas, bisakah menurunkan berat badan hanya dengan berjalan kaki?
Terkait hal ini, Kompas.com menghubungi spesialis kedokteran olahraga dari Slim + Health, Sports Therapy, Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran, Jakarta Pusat, dr Michael Triangto.
Michael menjelaskan, dibutuhkan ketidakseimbangan antara makanan yang masuk (intake) dengan energi keluar (output) untuk menurunkan berat badan.
Untuk itu, apabila seseorang berhasil menurunkan berat badan tanpa mengurangi porsi makan, kemungkinan karena konsumsi makanan sudah sedikit.
"Kalau dia katakan tidak ada perubahan makanan, mungkin-mungkin saja selama ini dia makan sudah minim. Itu intake-nya," ujar Michael.
Sementara output-nya, dari yang semula diam menjadi rutin berjalan kaki. Michael menjelaskan, jalan kaki di sini bukan lagi aktivitas fisik, tetapi exercise atau latihan fisik.
Sebab, jalan kaki sudah termasuk dalam program olahraga, yakni jenis aerobik atau kardio.
Baca juga: Jalan Kaki 10.000 Langkah Per Hari, Apakah Harus Sebanyak Itu?
Menurut Michael, suatu program harus memenuhi unsur FITT atau frequency, intensity, time, and type.
Pertama, frequency atau frekuensi, misalnya sebanyak tiga sampai lima kali dalam seminggu.
Kedua, intensity atau intensitas, yakni intensitas latihan fisik yang dijalani. Adapun jalan kaki, masuk dalam olahraga berintesitas sedang.
Ketiga, time atau waktu yang menunjukkan seberapa lama durasi olahraga berlangsung, misalnya 30 menit.
Dan terakhir, type atau tipe olahraga, dalam hal ini jalan kaki.
"Kalau dikatakan bisa tidak (jalan kaki menurunkan berat badan), bisa saja kalau sebelumnya dia tidak pernah melakukan itu secara teratur dengan suatu program," tuturnya.