Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mana yang Lebih Berumur Panjang? Si Pemakan Daging atau Si Vegetarian?

Kompas.com - 08/10/2022, 16:05 WIB
Alinda Hardiantoro,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Penelitian menunjukkan diet yang sarat dengan makanan nabati ini dapat membantu orang hidup lebih lama.

Selain itu, pola makan vegan cenderung mengonsumsi lebih banyak serat, protein nabati, dan antioksidan.

Diet kaya nutrisi ini diyakini melindungi terhadap obesitas, diabetes tipe 2, kanker, hingga penyakit jantung.

2. Vegan memiliki gaya hidup lebih sehat

Kelompok dengan pola makan vegan cenderung menerapkan gaya hidup sehat.

Misalnya, tidak merokok atau minum alkohol, menjaga berat badan, berolahraga secara teratur, dan menghindari makanan cepat saji yang diproses secara berlebihan.

Para ahli percaya, peningkatan kesadaran kesehatan ini menjelaskan mengapa beberapa vegan hidup lebih lama daripada pemakan daging.

Baca juga: Hari Vegan Sedunia, Ini Mitos dan Fakta tentang Vegan

Tidak semua vegan berumur panjang

Namun di sisi lain, tidak semua vegan berumur panjang. Sebab, tidak tidak semua pola makan vegan kaya akan nutrisi.

Faktanya, beberapa vegan mungkin sangat bergantung pada makanan olahan yang cenderung manis.

Sebuah penelitian mengklaim bahwa pola vegan secara keseluruhan dapat menurunkan risiko kematian. Namun, pola makan vegan yang tidak sehat justru dapat meningkatkan risiko kematian hingga 32 persen.

Menurut Reuters, penelitian di Inggris mengungkapkan bahwa pola makan vegan yang mampu mengurangi risiko penyakit jantung justru meningkatkan risiko penyakit stroke.

Dalam penelitian itu, ahli epidemiologi nutrisi di University of Oxford di Inggris Tammy Tong menuturkan bahwa risiko itu berkaitan dengan nutrisi yang diperoleh.

Baca juga: Layani Pasar Vegetarian, Toko Daging Vegan Kini Hadir di Inggris

Vegan akan menghindari telur dan susu yang mampu menurunkan kemungkinan penyakit arteri koroner daripada pemakan daging.

Namun, vegan 20 persen lebih mungkin terkena stroke daripada yang lain, terutama stroke hemoragik.

Peneliti kesehatan dan nutrisi masyarakat di Deakin University di Melbourne, Australia, Mark Lawrence merekomendasikan pola makan yang tepat untuk mengurangi risiko penyakit tersebut.

"Pedoman diet merekomendasikan untuk meningkatkan asupan makanan bergizi lengkap, seperti buah-buahan dan sayuran dan mengurangi asupan makanan dan minuman yang terlalu banyak diolah," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com