Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya Gas Air Mata dan Cara Mengatasinya

Kompas.com - 03/10/2022, 12:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penggunaan gas air mata oleh aparat terjadi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada Sabtu (1/10/2022) disorot publik.

Diberitakan Kompas.com, Minggu (2/10/2022), penggunaan gas air mata oleh aparat lantaran suporter yang berbondong-bondong masuk ke lapangan usai pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya.

Padahal, FIFA melalui Pasal 19 poin b FIFA Stadium Safety and Security Regulations telah melarang penggunaan gas air mata.

Imbasnya, sebanyak 125 orang meninggal dunia, seperti dalam laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang.

Lantas sebenarnya, seberapa berbahaya gas air mata?

Baca juga: Sejarah Gas Air Mata, dari Senjata Perang hingga Digunakan Kepolisian

Apa itu gas air mata?

Meski disebut gas, ternyata gas air mata berbentuk cairan. Namun saat ditembakkan, cairan dengan partikel solid ini akan tersebar ke udara dalam bentuk kepulan asap.

Dilansir dari laman Healthline, jenis gas air mata yang paling umum digunakan adalah gas CS atau 2-chlorobenzalmalononitrile.

Jenis lainnya yang masih umum, seperti oleoresin capsicum (semprotan merica), dibenzoxazepine (gas CR), serta chloroacetophenone (gas CN).

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), gas air mata digunakan oleh aparat penegak hukum untuk mengendalikan massa.

Selain itu, jenis gas air mata "sederhana" seperti semprotan merica bisa juga dimanfaatkan untuk perlindungan diri.

Baca juga: Sejarah Gas Air Mata, dari Senjata Perang hingga Digunakan Kepolisian

Bahaya gas air mata

Pengunjuk rasa berusaha menghindari tembakan gas air mata saat terjadi bentrokan di jembatan layang, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (11/4/2022). Bentrokan terjadi saat polisi berusaha membubarkan aksi unjuk rasa menolak menolak polemik Pemilu 2024, kenaikan harga bahan pokok dan BBM.ANTARA/ABRIAWAN ABHE Pengunjuk rasa berusaha menghindari tembakan gas air mata saat terjadi bentrokan di jembatan layang, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (11/4/2022). Bentrokan terjadi saat polisi berusaha membubarkan aksi unjuk rasa menolak menolak polemik Pemilu 2024, kenaikan harga bahan pokok dan BBM.
Apabila ditembakkan, alat pengendali huru-hara ini akan membuat orang tidak berdaya untuk sementara waktu.

Pasalnya, gas air mata dapat menyebabkan iritasi pada mata, mulut, tenggorokan, paru-paru, dan kulit.

Masih dari CDC, orang yang terpapar gas air mata umumnya akan langsung mengalami efek samping berikut:

  • Mata: keluar air mata berlebih, penglihatan kabur, kemerahan, dan terbakar.
  • Hidung: meler atau keluar lendir, bengkak, dan terbakar.
  • Mulut: iritasi, kesulitan menelan, drooling atau air liur keluar secara tidak sengaja, dan terbakar.
  • Paru-paru: dada terasa sesak, batuk, rasa tercekik, dan sesak napas.
  • Kulit: ruam dan luka bakar.
  • Gejala lain: mual dan muntah.

Sementara itu, paparan terlalu lama atau dalam dosis besar terutama di tempat tertutup, dapat menyebabkan efek parah seperti:

  • Jaringan parut akibat luka bakar
  • Kebutaan
  • Glaukoma atau kondisi mata serius yang dapat menyebabkan kebutaan
  • Katarak
  • Asma
  • Kematian karena luka bakar parah di tenggorokan dan paru-paru
  • Kegagalan untuk bernapas sehingga mengakibatkan kematian.

Baca juga: Kerusuhan Kanjuruhan, Pengamat: Pengamanan Sepak Bola Beda dengan Demo, Tak Boleh Ada Gas Air Mata!

Cara mengatasi paparan gas air mata

Saat melihat kepulan asap dari gas air mata, sebisa mungkin segera menjauh untuk meminimalisir efek samping yang lebih parah.

Menurut Healthline, meminimalisir paparan gas dapat dilakukan dengan cara menutupi mata, mulut, hidung, dan kulit serapat mungkin.

Beberapa cara yang dapat membantu antara lain mengenakan syal atau masker di hidung dan mulut, serta kacamata.

Setelah aman dari lokasi penembakan gas air mata, sebisa mungkin segera lakukan hal berikut:

  • Apabila mata terasa panas atau penglihatan kabur, bilas mata dengan air biasa selama 10-15 menit.
  • Apabila mengenakan kontak lensa, lepas dan jangan digunakan kembali meski bukan kontak lensa sekali pakai.
  • Apabila menggunakan kacamata, cuci dengan sabun dan air.
  • Lepas pakaian yang kemungkinan terpapar gas air mata dengan hati-hati dan sebisa mungkin tidak menyentuh area wajah.
  • Cuci tubuh atau mandi dengan air dan sabun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

AstraZeneca Akui Ada Efek Samping Langka pada Vaksinnya, Ahli dan Kemenkes Buka Suara

AstraZeneca Akui Ada Efek Samping Langka pada Vaksinnya, Ahli dan Kemenkes Buka Suara

Tren
Studi: Mengurangi Asupan Kalori Diyakini Bikin Umur Lebih Panjang

Studi: Mengurangi Asupan Kalori Diyakini Bikin Umur Lebih Panjang

Tren
10 Rekomendasi Ras Anjing Ramah Anak, Cocok Jadi Peliharaan Keluarga

10 Rekomendasi Ras Anjing Ramah Anak, Cocok Jadi Peliharaan Keluarga

Tren
Terjadi Penusukan WNI di Korea Selatan, 1 Orang Dilaporkan Meninggal Dunia

Terjadi Penusukan WNI di Korea Selatan, 1 Orang Dilaporkan Meninggal Dunia

Tren
Ramai soal Kinerja Bea Cukai Dikeluhkan, Bisakah Dilaporkan?

Ramai soal Kinerja Bea Cukai Dikeluhkan, Bisakah Dilaporkan?

Tren
Viral, Video Perempuan Terjebak di Kolong Commuter Line Stasiun UI, Ini Kata KCI

Viral, Video Perempuan Terjebak di Kolong Commuter Line Stasiun UI, Ini Kata KCI

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Irak untuk Memperebutkan Peringkat Ketiga? Simak Jadwalnya

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Irak untuk Memperebutkan Peringkat Ketiga? Simak Jadwalnya

Tren
Kucing di China Nyalakan Kompor dan Picu Kebakaran, Dipaksa 'Kerja' untuk Bayar Kerugian

Kucing di China Nyalakan Kompor dan Picu Kebakaran, Dipaksa "Kerja" untuk Bayar Kerugian

Tren
Imbas Gunung Ruang Kembali Erupsi, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara hingga Besok

Imbas Gunung Ruang Kembali Erupsi, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara hingga Besok

Tren
4 Keputusan Wasit Shen Yinhao yang Dianggap Merugikan Timnas di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

4 Keputusan Wasit Shen Yinhao yang Dianggap Merugikan Timnas di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Tren
Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Tren
Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Tren
Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Tren
Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com