Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Go Tik Swan, Budayawan Tionghoa Pelopor Batik Indonesia

Kompas.com - 02/10/2022, 14:30 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

Nah, karena tidak ingin mengecewakan sang presiden, Go Tik Swan langsung menyanggupi permintaan itu.

Setelah lama mencari inspirasi, akhirnya Go Tik Swan menggabungkan berbagai karakter dari batik Solo, Jogja dan Pesisiran menjadi satu hingga terciptalah batik Indonesia.

Baca juga: Mengenal K.R.T. Hardjonagoro alias Go Tik Swan, Budayawan Tionghoa Solo

Menciptakan 200 motif batik

Semasa hidupnya, Go Tik Swan menciptakan sekitar 200 motif batik Indonesia, sehingga pemerintah memberikan penghargaan sebagai putra terbaik atas jasa-jasanya dengan tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma.

Diberitakan Antara, 10 November 2011, ahli waris Go Tik Swan Siti Supiah Agreni menjelaskan, 200 motif batik tersebut dihasilkan Go Tik Swan sejak 1950-2008.

Bahkan, hasil karya batik Go Tik Swan yang luar biasa tersebut banyak mendapat pesanan dari kalangan pejabat negara seperti Presiden RI pertama Soekarno dan Megawati Soekarno Putri.

Di antara batik ciptaannya antara lain bermotif radyo kusumo, kuntul nglayang, kutila peksawani, dan parang anggrek.

Batik yang diciptakan Go Tik Swan merupakan perpaduan multi warna antara batik Solo dominasi hitam dan cokelat dengan daerah pesisir yang memiliki warna cerah.

Baca juga: Alasan Adanya Peringatan Hari Batik Nasional dan Sejarahnya...

Batik yang turun temurun dalam keluarganya

Menurut Siti, keluarga Go Tik Swan tersebut sudah turun-temurun mengusahakan batik. Awal diciptakan motif batik Indonesia, ketika itu atas saran Presiden Soekarno.

Sehingga, Go Tik Swan tergugah untuk mendalam segala sesuatu tentang batik di Solo, termasuk sejarah dan falsafahnya.

Go Tik Swan yang memiliki hubungan akrab dengan keluarga Keraton Solo memungkinkan belajar langsung dengan ibunda Susuhunan Paku Buwono XII yang memiliki pola pola batik pusaka.

Pola batik langka yang dulunya tidak dikenal umum maupun pola tradisional lainnya yang digalinya. Go Tik Swan berhasil mengembangkan tanpa menghilangkan ciri dan maknanya yang hakiki.

Pola yang dikembangkan itu diberinya warna-warna baru yang cerah, bukan hanya cokelat, biru, dan putih kekuningan seperti lazimnya dijumpai pada batik Solo dan Yogyakarta.

Baca juga: Go Tik Swan, Menyatukan Indonesia Lewat Batik

Budayawan, sastrawan, hingga pemerhati keris

Bukan hanya maestro batik, Go Tik Swan juga dikenal sebagai seorang budayawan dan sastrawan Indonesia di Surakarta.

Semasa kecilnya bersekolah di "Neutrale Europesche Lagere School" di Solo bersama keluarga keraton, keturunan ningrat, anak-anak pembesar Belanda.

Ia juga dikenal sebagai pemerhati tosan aji (keris). Karena kecintaannya akan keris yang mendalam, pada 1959 ia mendirikan perkumpulan Bawarasa Tosanaji di Solo.

Go Tik Swan pernah menjabat sebagai Ketua Presidium Yayasan Radya Pustaka yang mengelola Museum Radya Pustaka di Solo.

Terakhir, dia juga pernah menjabat sebagai anggota Dewan Empu di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo.

Pada 11 Agustus 2005, Go Tik Swan menandatangani wasiat berisi penyerahan sejumlah koleksinya berupa benda purbakala kepada Pemerintah RI apabila dia meninggal dunia.

Koleksinya yang amat berharga antara lain terdiri atas keris dan berbagai arca perunggu maupun batu amat langka. Penandatanganan wasiat ketika itu disaksikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Edi Sedyawati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com