LUBUK sanubari saya terenyuh oleh prahara angkara murka pembunuhan yang dilakukan terhadap Brigadir Joshua.
Saya berbela sungkawa ikut merasakan betapa berat beban rasa duka sanak-keluarga dan handai-taulan yang ditinggalkan oleh Brigadir Joshua.
Tragedi pembunuhan terhadap Brigadir Joshua secara deja vu mengingatkan samar-samar pada kasus pembunuhan Desdemona di dalam kisah Othello mahakarya William Shakespeare.
Tragedi Othello versi Shakespeare berakar- serabut sekaligus tunggal pada apa yang disebut sebagai kecemburuan.
Gejolak perasaan kecemburuan bertumpu pada kecurigaan menguasai segenap gerak dan alur kisah tragedi Othello sebagai perasaan utama yang memengaruhi sikap, perilaku dan sepak-terjang para pemeran.
Kedua tokoh utama tragedi Othello khayalan Shakespeare, yaitu Othello dan Iago secara lambat namun pasti terbakar oleh kobaran api kecemburuan masing-masing.
lago terungkap sifat buruk aslinya dan Othello berubah dari manusia bijaksana menjadi monster mengerikan.
Tampak betapa kecemburuan mampu mengubah perangai manusia secara sangat destruktif. Makin lebih parah lagi bahwa kecemburuan bisa timbul dari dugaan terhadap kenyataan yang sebenarnya tidak terjadi.
Othello cemburu terhadap istrinya Desdemona yang diduga selingkuh, padahal tidak. Bianca cemburu terhadap Cassio, sementara lago semula cemburu terhadap Emilia.
Terasa ada semacam kemenyelinapan suasana berbelit Much Ado About Nothing tetapi secara tragis pada Othello.
Akibat terbius oleh rasa cemburu akhirnya Othello tega membunuh Desdemona yang an sich sama sekali tidak melakukan kesalahan apa pun sehingga layak dibunuh. Dan puncak tragedi khayalan Shakespeare adalah akhirnya Othello membunuh dirinya sendiri.
Pada hakikatnya tragedi Othello merupakan bukti tak terbantahkan bahwa cemburu merupakan jenis perasaan yang apabila tidak terkendali bisa berdampak luar biasa berbahaya.
Tragedi Othello juga membuktikan bahwa William Shakespeare memang memiliki kesaktian untuk berkhayal kemudian menuangkan khayalan dirinya ke dalam mahakarya abadi seni sastra tergolong paling dramatis di planet bumi ini.
Namun sesakti-sakti Shakesperare dalam menulis sedramatis-dramatis mahakarya tragedi Othello tetap tidak mampu mengungguli kedramatisan drama terkandung pada kenyataan yang terjadi secara nyata pada kenyataan kehidupan manusia.
Tragedi pembunuhan terhadap Brigadir Joshua kembali menggugah kesadaran peradaban yang beradab bahwa sedramatis-dramatisnya kisah khayalan manusia yang paling dramatis tetap mustahil mampu menggunguli kedramatisan kisah nyata yang terjadi pada kenyataan kehidupan umat manusia di marcapada ini.
Khayalan manusia memang mustahil mampu menyetarakan diri dengan kenyataan yang terjadi secara nyata pada kenyataan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.