KOMPAS.com - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengatakan, total nilai investasi Apple di Indonesia saat ini sekitar Rp 1,6 triliun.
Jumlah investasi tersebut merupakan kisaran akumulasi tiga infrastruktur pendidikan atau Apple Developer Academy yang telah berdiri di Indonesia, serta satu rencana pembangunan akademi di Bali.
"Mereka sudah memberikan komitmen, kemarin sudah ada statement dari Apple akan dibangun di Bali," kata Agus, dilansir dari Kompas.com, Kamis (18/4/2024).
Dibandingkan sesama negara di kawasan Asia Tenggara, Vietnam, nilai investasi Apple di Indonesia jauh lebih sedikit.
Di negara dengan julukan Negeri Naga Biru tersebut, Apple dilaporkan telah menggelontorkan
Lantas, apa yang menyebabkan Apple lebih tertarik menanam modal di Vietnam daripada Indonesia?
Baca juga: Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkapkan, ada beberapa alasan yang membuat Vietnam lebih menarik di mata Apple, salah satunya birokrasi.
"Vietnam dari segi perizinan, dari segi birokrasi, memang lebih simpel dibandingkan Indonesia," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Kamis.
Indonesia menerapkan kebijakan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk perangkat ponsel/handphone, komputer genggam, dan tablet (HKT) sebesar 35 persen.
Kebijakan yang ditetapkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika sejak 2021 itu sebenarnya bertujuan positif untuk memberdayakan industri dalam negeri.
Sayangnya, Bhima memandang, kebijakan TKDN Indonesia selama ini justru tidak berjalan optimal.
"Kalau dilihat kebijakan TKDN Indonesia akhirnya berujung pada permainan dari Apple yang hanya membangun Apple Academy, ini sebenarnya sudah lama dikritisi sebagai kebijakan yang semu," terangnya.
Baca juga: 10 Brand Paling Bernilai di Dunia Tahun 2023, Apple Turun ke Peringkat Dua
Dia mengatakan, perusahaan teknologi ini membangun lembaga pelatihan di Indonesia dengan tujuan memenuhi TKDN.
Kendati demikian, pada praktiknya, kehadiran lembaga pelatihan tersebut sebenarnya tetap tidak meningkatkan penggunaan komponen dalam negeri.
"Harusnya kalaupun membangun lembaga pelatihan ada korelasinya dengan peningkatan kapasitas manufaktur dalam negeri untuk memenuhi TKDN, untuk smartphone," tuturnya.