Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Eko Prawoto, Arsitek yang Berselaras dengan Alam

Kompas.com - 27/08/2022, 12:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Fauzi Ramadhan dan Fandhi Gautama

KOMPAS.com - Tinggal di kota menjanjikan banyak sekali kemudahan. Tak terkecuali akses penunjang kehidupan yang layak.

Namun, hiruk-pikuk kota kerap membuat stres dan lelah para penduduknya. Tidak jarang, sebagian penduduknya mengasingkan diri. Mereka mencari ketenangan dan kebahagiaan yang jauh dari kehidupan kota, contohnya desa.

Walaupun harus meninggalkan pekerjaan dan kehidupan yang serba mudah, tinggal di desa memberikan banyak sekali keuntungan. Misalnya, kualitas sumber daya alam yang masih terjaga dan kehidupan yang tidak terlalu cepat.

Salah seorang yang memutuskan untuk tinggal di desa adalah Eko Agus Prawoto, seorang seniman sekaligus arsitek aliran kontemporer.

Alih-alih tinggal di perkotaan yang menyediakan banyak kesahajaan bagi profesinya, ia justru membaur dan membaktikan hidup sejalan dengan putaran nadi pedesaan.

Melalui episode siniar (podcast) Beginu bertajuk “Tinggal di Desa Belajar Selaras dengan Alam”, Eko berbincang-bincang bersama Wisnu Nugroho, Pemimpin Redaksi KOMPAS.com, tentang alasan dirinya memutuskan untuk tinggal di desa serta makna aliran seninya yang sarat dengan lokalitas Nusantara.

Sebagai informasi, Eko Prawoto adalah seorang arsitek lulusan Universitas Gadjah Mada angkatan 1977. Kemudian, pada tahun 1985, dia mengawali kariernya sebagai dosen dengan merintis pendirian jurusan Arsitektur di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta.

Tidak pernah berhenti di dunia akademik, Eko kemudian melanjutkan studinya sebagai master di The Berlage Institute Amsterdam hingga tahun 1993. Selang tujuh tahun setelah kelulusannya, ia lalu mendirikan Eko Prawoto Architecture Workshop pada tahun 2000.

Baca juga: Kebiasaan Penting yang Sudah Diajarkan sejak Sekolah

Dalam berkarya, dilansir dari Archinesia, sebuah Bookgazine arsitektur Asia Tenggara, Eko bereksplorasi menggunakan material lokal dan bekas. Dari material tersebut, ia melahirkan karya-karya penting, antara lain Gereja Kristen Indonesia Sokaraja, Cemeti Art House, Butet Kertaraja House, dan Via-via Cafe.

Karya Eko diapresiasi oleh banyak media, baik nasional maupun internasional. Bahkan, Taipei Times, media cetak berbahasa Inggris asal Taiwan, pernah secara khusus meliput Eko dan proyek sosialnya yang berada di Ngibikan, Yogyakarta.

Berlanjut ke perbincangan bersama Wisnu, Eko pertama-tama mengungkapkan alasannya memilih Yogyakarta sebagai tempat tinggal, “Sebenarnya kebetulan, ketika itu kami (Eko bersama keluarga) tinggal di pinggiran kota Yogyakarta itu sudah 30 tahun kira-kira, sejak ‘88. Dulu itu di pinggir sawah.”

“Tiba-tiba sekarang sudah jadi penuh perumahan yang padat. Istri saya merasa, ‘Kok kurang nyaman lagi, ya’,” tambah Eko.

Berangkat dari keresahan tersebut, Eko beserta istrinya lalu memutuskan untuk pindah ke pinggiran kota yang lebih sepi dan murah. Pada akhirnya, pilihan jatuh pada sebuah desa di daerah utara Yogyakarta.

Baca juga: Pentingnya Memiliki Sifat Asertif dalam Dunia Kerja

Di sana, Eko mendirikan rumah yang sarat dengan gaya arsitektur miliknya. Ia pun mengaku, “Desa lebih rileks, karena (bisa dilihat dari) orang desa lebih fisiknya lebih sehat. Karena kerja fisik, ndak usah disuruh berjemur karena setiap hari sudah berjemur di sawah.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com