Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Vaksin Polio

Kompas.com - 17/08/2022, 15:35 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Salk sebelumnya menguji coba vaksin virus mematikan itu pada dirinya dan keluarganya. Pada 1954, uji coba dilakukan pada 1,6 juta anak di Kanada, Finlandia, dan Amerika Serikat.

Hasilnya pun membanggakan. Vaksin polio tidak aktif (IPV) Salk kemudian dilisensikan pada tahun yang sama.

Setelah ada vaksin tersebut, kasus tahunan turun dari 58.000 menjadi 5.600 pada 1957 dan hanya 161 kasus yang tersisa pada 1961.

Dalam sebuah wawancara pada 1955, Salk tak mau mengakui hak paten untuk IPV.

"Yah, orang-orang, saya akan mengatakan. Tidak ada paten. Bisakah Anda mematenkan Matahari?" jawabnya kepada wartawan.

Baca juga: Inggris Laporkan Temuan Virus Polio yang Teridentifikasi pada Limbah

Vaksin polio oral

Jenis vaksin kedua, yaitu vaksin polio oral (OPV), dikembangkan oleh dokter dan ahli mikrobiologi, Albert Sabin.

Vaksin Sabin menggunakan virus yang dilemahkan dan dapat diberikan secara oral, sebagai tetes atau pada gula batu.

Dengan vaksin Salk yang digunakan secara luas pada akhir 1950-an, minat Amerika Serikat untuk menguji vaksin jenis baru ini rendah.

Hilary Koprowski telah melakukan tes pertama dari vaksin itu pada manusia sekitar tahun 1950. Percobaan lebih lanjut juga dilakukan di Kongo.

Seperti Salk, Sabin juga menguji vaksin eksperimentalnya pada dirinya dan keluarganya, tetapi dia harus pergi lebih jauh untuk uji coba skala besar.

Baca juga: Polio

Setelah tim ahli virologi Rusia mengunjungi laboratoriumnya pada 1956, Sabin pergi ke Leningrad dan Moskow untuk bekerja dengan mereka di akhir tahun itu.

Dia menjalin kerjasama lama dengan Mikhail P Chumakov yang bertanggung jawab untuk pengujian vaksin Salk di Uni Soviet.

Di Uni Soviet, uji coba dilakukan pada 20.000 anak pada 1958 dan 10 juta anak pada 1959.

Tinjauan independen terhadap uji coba untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) oleh spesialis Amerika Serikat Dorothy Horstmann mendukung temuan mereka.

Kemudahan pemberian vaksin oral menjadikannya kandidat ideal untuk kampanye vaksinasi massal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com