Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Vaksin Polio

KOMPAS.com - Belakangan, sejumlah kasus polio dilaporkan di Amerika Serikat, Inggris, dan Israel.

Seorang pejabat kesehatan di Negara Bagian New York mengatakan, kemungkinan ada ratusan atau bahkan ribuan kasus polio yang tidak terdiagnosis.

Hal ini terjadi setelah adanya seorang pria yang tidak divaksinasi diketahui telah lumpuh oleh virus di Rockland County, New York, pada Juli 2022.

Kasusnya telah dikaitkan secara genetik dengan jejak virus polio yang ditemukan di limbah di London dan Yerusalem.

Negara-negara lain pun telah diperingatkan untuk meningkatkan capaian vaksinasi.

Polio adalah penyakit menular yang menyerang sistem saraf serta dapat menyebabkan kelumpuhan tulang belakang, pernapasan, dan bahkan kematian.

Berikut sejarah vaksin polio dari masa ke masa:

Perintis vaksin

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, polio menjadi penyakit yang paling ditakuti di dunia, dikutip dari laman WHO.

Wabah besar di New York pada 1916 menewaskan lebih dari 2.000 orang, sementara terburuk yang tercatat di AS pada 1952 menewaskan lebih dari 3.000 orang.

Penyintas polio menghadapi konsekuensi seumur hidup. Adanya anggota badan yang cacat membuat mereka membutuhkan penyangga kaki, kursi roda, dan beberapa perlu menggunakan alat pernapasan seperti paru-paru besi.

Pada pertengahan abad ke-20, virus polio ditemukan di seluruh dunia dan membunuh atau melumpuhkan lebih dari setengah juta orang setiap tahun.

Karena kondisi ini, ada kebutuhan mendesak untuk vaksin.

Sebuah terobosan terjadi pada 1949, ketika virus polio berhasil dibudidayakan di jaringan manusia oleh John Enders, Thomas Weller dan Frederick Robbins di Boston Children’s Hospital.

Karya perintis mereka kemudian diganjar dengan Hadiah Nobel 1954.

Tidak lama kemudian, vaksin pertama berhasil diciptakan oleh dokter AS, Jonas Salk pada awal 1950-an.

Salk sebelumnya menguji coba vaksin virus mematikan itu pada dirinya dan keluarganya. Pada 1954, uji coba dilakukan pada 1,6 juta anak di Kanada, Finlandia, dan Amerika Serikat.

Hasilnya pun membanggakan. Vaksin polio tidak aktif (IPV) Salk kemudian dilisensikan pada tahun yang sama.

Setelah ada vaksin tersebut, kasus tahunan turun dari 58.000 menjadi 5.600 pada 1957 dan hanya 161 kasus yang tersisa pada 1961.

Dalam sebuah wawancara pada 1955, Salk tak mau mengakui hak paten untuk IPV.

"Yah, orang-orang, saya akan mengatakan. Tidak ada paten. Bisakah Anda mematenkan Matahari?" jawabnya kepada wartawan.

Vaksin polio oral

Jenis vaksin kedua, yaitu vaksin polio oral (OPV), dikembangkan oleh dokter dan ahli mikrobiologi, Albert Sabin.

Vaksin Sabin menggunakan virus yang dilemahkan dan dapat diberikan secara oral, sebagai tetes atau pada gula batu.

Dengan vaksin Salk yang digunakan secara luas pada akhir 1950-an, minat Amerika Serikat untuk menguji vaksin jenis baru ini rendah.

Hilary Koprowski telah melakukan tes pertama dari vaksin itu pada manusia sekitar tahun 1950. Percobaan lebih lanjut juga dilakukan di Kongo.

Seperti Salk, Sabin juga menguji vaksin eksperimentalnya pada dirinya dan keluarganya, tetapi dia harus pergi lebih jauh untuk uji coba skala besar.

Setelah tim ahli virologi Rusia mengunjungi laboratoriumnya pada 1956, Sabin pergi ke Leningrad dan Moskow untuk bekerja dengan mereka di akhir tahun itu.

Dia menjalin kerjasama lama dengan Mikhail P Chumakov yang bertanggung jawab untuk pengujian vaksin Salk di Uni Soviet.

Di Uni Soviet, uji coba dilakukan pada 20.000 anak pada 1958 dan 10 juta anak pada 1959.

Tinjauan independen terhadap uji coba untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) oleh spesialis Amerika Serikat Dorothy Horstmann mendukung temuan mereka.

Kemudahan pemberian vaksin oral menjadikannya kandidat ideal untuk kampanye vaksinasi massal.

Hongaria mulai menggunakannya pada Desember 1959, dan Cekoslowakia pada awal 1960 menjadi negara pertama di dunia yang menghilangkan polio.

Namun, vaksin ini kemudian tak lagi banyak digunakan karena memiliki kemungkinan dapat bermutasi pada kondisi tertentu, seperti pada orang yang imunnya lemah, alergi, ataupun autoimun.

Bahkan pada beberapa kasus kemungkinan mutasi virus polio dari vaksin oral ini terjadi ketika secara tidak sengaja sisa vaksin oral tersebut dibuang sembarangan.

Pada 2020 lalu, WHO juga telah merekomendasikan semua negara untuk melakukan vaksinasi IPV, minimal satu dosis ke dalam program vaksinasi rutin polio. 

Upaya pemberantasan polio

Pada 1988, Majelis Kesehatan Dunia mengeluarkan resolusi untuk memberantas polio dengan peluncuran Global Polio Eradication Initiative (GPEI).

Tonggak sejarah ini dilengkapi dengan upaya Rotary International yang ingin menjaga momentum pemberantasan cacar untuk memastikan bahwa tidak ada anak yang lumpuh seumur hidup lagi.

Kontribusi besar oleh masing-masing negara digabungkan dengan inisiatif dan bantuan internasional, dengan WHO bekerja untuk mendukung kolaborasi global.

Dengan bantuan WHO, produksi vaksin juga diperluas secara global, dengan kapasitas yang signifikan dikembangkan di negara-negara termasuk India dan Indonesia.

Pada 1995, kampanye vaksinasi massal dilakukan di China dan India.

Wilayah Asia Tenggara disertifikasi bebas polio oleh WHO pada 2014, sementara wilayah Afrika pada 2020, dan wilayah Mediterania Timur telah membatasi jangkauan virus hanya pada beberapa distrik.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/08/17/153500965/sejarah-vaksin-polio

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke