Substitusi sebagian tepung terigu dengan tepung ubi kayu/singkong, ketela rambat, jagung, waluh atau labu hingga talas. Hal itu bisa dikembangkan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) dengan dukungan pendekatan ABGC (Academician, Business, Government, Community).
Akademisi, pelaku bisnis, pemerintah dan masyarakat bersinergi merakit teknologi, mendukung dan memfasilitasi iklim usaha. Masyarakat mengawalnya hingga produk menjadi milik bangsa dan bangga mengonsumsinya dalam keseharian.
Mi mocaf ataupun mikong mewakili mi instan berbahan campuran terigu dan tepung ubi kayu. Sumber daya singkong yang melimpah dan teknologi tepung Mocaf (Modified Cassava Flour) menyediakan bahan dasarnya.
UMKM Rumah Ketela di sekitar Candi Borobudur, Jawa Tengah, membuktikan dapat memproduksi mi setelah mendapat dampingan dari instansi terkait. Balai Penelitian Serealia di Maros, Sulawesi Selatan (bagian dari Badan Litbang Pertanian Kementan) menghasilkan teknologi migung, yaitu mi dengan bahan dasar campuran terigu dan jagung.
Produk itu juga potensial dikembangkan untuk daerah dengan masyarakat yang akrab konsumsi jagung.
Balitkabi Malang (Jawa Timur) menghasilkan varietas ubi jalar berwarna kuning keemasan dan ada yang ungu cerah memikat. Itu bisa menjadi pewarna untuk mi, tidak perlu perwana buatan.
Pendekatan budaya dibutuhkan untuk sosialisasinya. Dari uji organoleptik, mi berbahan ubi jalar kuning lebih dapat diterima panel pewakil masyarakat daripada warna ungu. Mungkin secara temurun lebih dikenal mi berwarna kuning.
Waluh atau labu kuning menjadi kandidat bahan lokal yang disukai. Warna kuning keemasan, kandungan beta karotin yang bersifat antioksidan menjadi nilai tambahnya. Sangat terbuka dengan inovasi untuk peningkatan kualitas hingga tampilan agar dapat diterima dengan masyarakat.
Menarik mengulik hasil penelitian Balitkabi Malang untuk inovasi mi berbahan lokal tepung talas. Talas yang menjadi makanan pokok beberapa masyarakat di Papua. Karakteristik tepung talas dengan kadar protein rendah disiasati dengan maksimal substitusi 25 persen tepung talas dalam terigu. Hal itu membuka peluang uji nilai gizi, juga komposisi dengan tepung lain yang memiliki protein lebih tinggi.
Itu hanya beberapa contoh. Sangat terbuka untuk pengembangan lebih lanjut yang disesuaikan dengan ketersediaan materi yang ada di berbagai daerah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.