Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Praktik "Brave Leadership" ala Presiden Jokowi

Kompas.com - 09/07/2022, 07:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) menjadi perhatian dunia tatkala mengunjungi Ukraina dan Rusia. Dua negara ini masih terus bertikai dan belum terlihat tanda akan berakhir. Masing-masing pihak menganggap semuanya punya alasan yang kuat. Terlepas dari itu, perang ini membawa dampak yang besar, khususnya pada perekonomian global. Perang ini juga memilki dampak besar terhadap perdamaian dan kemanusiaan.

Ini yang menjadi alasan Presiden Jokowi mengunjungi kedua negara. Pertemuannya memang singkat, akan tetapi, kunjungan Presiden Jokowi berdampak signifikan pada mengurangi tensi politik global, selain meningkatkan image dan posisi politik Indonesia di kancah global. Kedua pemimpin negara yang bertikai pun menerima dengan terbuka kunjungan Presiden Jokowi.

Baca juga: Sudahkah Anda Jadi Pemimpin dengan Leadership dan Kompetensi yang Baik?

Dalam lawatannya ke Ukraina, hal yang menarik dari kunjungan tersebut adalah Presiden Jokowi datang ketika Ukraina masih diserang Rusia. Ini perlu keberanian karena risikonya sangat tinggi. Akan tetapi, ini tidak menyurutkan semangat Presiden Jokowi untuk tetap berkunjung ke Ukraina. Selain itu, Indonesia merupakan satu-satunya negara Asia, negara berkembang pula, yang berani mengambil langkah tersebut. Presiden Jokowi mendemonstrasikan apa yang disebut brave leadership.

Kepemimpinan yang berani

Profesor James R Detert dalam tulisannya di Harvard Business Review menbeberkan hal yang menjadi ciri khas brave leadership. Dia mengatakan,  kepemimpinan yang sejati tujuannya tidak untuk memenangkan kontes kepopuleran, melainkan untuk kepentingan orang banyak. Karena akan selalu ada orang yang berbeda pendapat, seorang pemimpin tidak akan memiliki banyak kemajuan jika tidak tahan memikirkan pendapat orang lain.

Pendiri Human Leadership Institute, Jen Croneberger, memiliki konsep tersendiri yang bernama BRAVE, yang dituliskannya di Forbes. BRAVE adalah akronim belonging, resilience, authenticity, vulnerability, dan empathy. Dia mengatakan, setiap pemimpin mengetahui siapa diri mereka. Karena itu, mereka mampu memahami kekuatan belas kasih, empati, dan menumbuhkan sense of belonging di manapun berada.

Ada tujuh karakteristik seorang brave leaders menurut Margie Warrel dalam tulisannya di forbes.com. Namun, saya akan menyebutkan empat saja berdasarkan tingkat relevansi dan konteksnya. Pertama, mereka memiliki visi yang berani. Brave leaders mempunyai keberanian untuk mengeksekusi visinya meskipun dibayangi berbagai kegagalan. Kedua, brave leaders mencari orang yang tidak sekadar “Yes man,” akan tetapi seorang yang berpikir out of the box. Mereka menumbuhkan budaya inklusif dan mendengarkan pendapat para anggotanya.

Ketiga, pemimpin yang berani memiliki keberanian untuk mengambil keputusan di tengah ambiguitas atau ketidakpastiaan. Mereka melakukan analisa dari data-data yang telah terkumpul untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Keempat, pemimpin yang berani mendorong para anggotanya untuk bersandar pada risiko. Maksudnya adalah risiko pasti ada, sekecil apapun itu. Pemimpin yang berani mengajarkan pada anggotanya untuk berani bermain di luar zona nyaman dan siap menerima konsekuensinya.

Dalam konteks fenomena Presiden Jokowi pergi mengunjungi Ukraina dan Rusia, beliau adalah sosok brave leaders. Beliau tidak diam-diam pergi ke kedua negara tersebut, akan tetapi mengumumkannya kepada publik tentang keputusannya. Menurut Lee (2020), kepemimpinan autentik bergantung pada transparansi relasional, komunikasi, serta hubungan yang terbuka dan jujur.

Baca juga: Terungkap, Putin dan Macron Berdebat Sengit Sebelum Rusia Menginvasi Ukraina

Presiden Jokowi menunjukkan transparansinya ketika mengemukakan kepada publik niatnya ingin berkunjung. Presiden Jokowi juga mengajak Ibu Iriana Jokowi. Banyak yang mengapresiasi tindakan beliau sebagai peace broker. Dari tindakan Presiden Jokowi, ada dua hal penting yang bisa kita pelajari dari beliau.

Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Indonesia Joko Widodo (kiri). Putin bertemu Jokowi di Kremlin, Moskwa, Rusia, Kamis (30/6/2022). SPUTNIK/MIKHAIL KLIMENTYEV via AFP Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Indonesia Joko Widodo (kiri). Putin bertemu Jokowi di Kremlin, Moskwa, Rusia, Kamis (30/6/2022).
Memegang teguh value

Dalam Pembukaan UUD 1945, tertulis secara jelas bahwa terbentuknya negara Indonesia adalah berkontribusi dalam menciptakan perdamaian dunia. Artinya, seluruh rakyat Indonesia memiliki tanggung jawab moral untuk bisa berkontribusi agar dunia menjadi tempat yang lebih damai, tentunya sesuai kapasitas dan kapabilitas masing-masing. Itu berlaku untuk semua profesi yang kita jalani.

Kaitannya dengan kunjungan ke Ukraina dan Rusia, Presiden Jokowi sangat memahami tanggung jawab konstitusi dari UUD 1945. Meskipun memang harus diakui, Indonesia tidak memiliki kekuatan geopolitik dan ekonomi yang siginfikan yang bisa memengaruhi jalannya perang. Namun, Presiden Jokowi tetap bergerak karena memiliki satu misi mulia, yaitu memulihkan perdamaian global. Perang ini memang berdampak cukup signifikan bagi dunia.

Menurut laporan Bank Dunia terkait dampak perang Ukraina dan Rusia terhadap perdagangan dan investasi, perang tersebut akan berdampak pada penurunan perdagangan dunia sebesar satu persen. Jika melihat dari track record kedua negara, Rusia dan Ukraina memiliki posisi yang cukup penting. Rusia merupakan negara eksportir minyak mentah terbesar kedua di dunia dan eksportir gandum terbesar di dunia. Sementara Ukraina merupakan eksportir minyak biji terbesar di dunia dan eksportir jagung terbesar keempat di dunia. Hal ini tentu akan membuat ekonomi dunia melambat dan negara-negara yang berdampak perlu memutar otak agar dampaknya tidak begitu dirasakan.

Dampak lainnya adalah korban jiwa. Perang Ukraina menimbulkan cukup banyak korban jiwa. Menurut laporan ACLED, organisasi non pemerintah yang bergerak dalam pemetaan dan analisis data, lebih dari 10.000 orang terenggut nyawanya. Akan tetapi, angkanya bervariasi karena metodologi dan indikatornya berbeda. Namun, poin pentingnya adalah perang menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit, yang tentu membuat masyarakat menjadi tidak damai.

Atas dasar hal itulah, Presiden Jokowi berkunjung ke kedua negara. Sebelum mengunjungi Ukraina dan Rusia, ada pernyataan Jokowi yang membuat kita memahami bahwa Indonesia bergerak karena dasar kemanusiaan dan perdamaian, “My mission is to call on Ukrainian President Zelenskyy to open space for dialogue in the context of peace, to build peace, because the war must stop and the food supply chain must be reactivated.” Dari sini, kita bisa memetakan dua misi perdamaian Indonesia: membuka dialog dan menyuarakan perdamaian.

Hal ini menunjukkan bahwa niat Indonesia genuine dan autentik. Presiden Jokowi memberikan contoh bagaimana pemimpin membuktikan niatnya. Pemimpin yang walk the talk berdampak pada cara anggota melihat pemimpinnya. Coba kita lihat dampaknya dari sudut pandang lain. Menurut PwC Global Culture Survey 2021 terkait pandangan pemimpin di level senior tentang penerapan budaya inklusif di perusahaan, 73 persen mengatakan bahwa mereka telah menerapkan budaya tersebut. Akan tetapi, hanya 46 persen dari para pekerja yang setuju tentang itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com