MEMIMPIN dan mengelola suatu unit oganisasi bukanlah pekerjaan sederhana. Siapapun yang dimandatkan posisi ini harus memiliki kualitas tertentu yang tercermin melalui kinerjanya karena hal tersebutlah yang nantinya akan menentukan kemajuan dan keberlanjutan unit yang dikelolanya.
Menjadi pemimpin artinya seseorang yang melangkah ke depan, mengarahkan, memengaruhi, mendengarkan, serta berinovasi secara kreatif untuk keberlanjutan (sustainability) dan masa depan yang lebih baik (Hamilton, 2005).
Toor dan Ogunlana (2008) menjelaskan bahwa seorang pemimpin berfungsi mengembangkan visi dan misi, mengembangkan pengaruh melalui budaya, melakukan perubahan dan inovasi serta pembelajaran untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif.
Lalu apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin?
Sebenarnya ada banyak kualitas yang secara ideal harus melekat pada seorang pemimpin. Namun setidaknya ada dua hal utama, yakni leadership dan kompetensi (competency).
Secara umum kita pasti sependapat bahwa seorang pemimpin ‘ideal’ haruslah memiliki kualitas leadership yang baik. Ia harus memiliki kemampuan memengaruhi dan memotivasi, untuk memungkinkan anggotanya berkontribusi secara efektif terhadap unit organisasi yang dipimpinnya (Javidan et.al, 2006).
Di samping itu, leadership yang berkualitas juga meliputi sikap jujur, peduli, kemauan untuk mendengar, kreatif, berkarakter, capable, komunikatif, inovatif, berpikir out of the box, dan mampu menciptakan iklim organisasi yang baik untuk memastikan anggotanya bekerja secara nyaman.
Membangun iklim kerja yang ‘sehat’ dan adil merupakan cerminan dari seorang pemimpin dengan leadership yang baik.
Contoh konkretnya bisa dilihat dari pemberian tugas yang didasari oleh kapasitas sumber daya manusia, bukan hanya sekadar faktor kepentingan, apalagi hanya karena like or dislike.
Mengapa ini penting? Jika seorang pimpinan salah memilih orang yang tepat untuk dijadikan tim anggotanya atau mengabaikan hal-hal penting seperti kualitas, rekam jejak kinerja, serta pengalaman, besar kemungkinan suatu organisasi tidak akan berkembang atau maju.
Selain itu, jika merit system atau penilaian berdasarkan prestasi juga sudah dikesampingkan oleh seorang leader, maka lingkungan kerja akan berpotensi menjadi tidak nyaman dan disharmonis sehingga konflik internal menjadi sulit terhindarkan.
Selain leadership yang kuat, seorang pemimpin juga harus memiliki kompetensi (competency) atau kemampuan dan penguasaan yang sesuai dengan bidangnya (dalam hal ini unit organisasi yang dipimpinnya).
Jack Gordon (1998) memaknai kompetensi sebagai keahlian dan kemampuan seseorang menjalankan tugasnya di bidang tertentu, sesuai dengan jabatan yang disandangnya.
Gordon melanjutkan, ada enam aspek penting dalam konsep kompetensi, yakni; pengetahuan (knowledge); pemahaman (understanding); kemampuan (skill); nilai (value), sikap (attitude), dan minat (interest).
Kompetensi sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu organisasi karena jika hal ini absen dari figur seorang pemimpin, maka reputasi dan kredibilitas suatu oganisasi akan menjadi taruhannya.