Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Bagimu Taring Padi, Aku Berbela Rasa

Kompas.com - 04/07/2022, 07:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TERBERITAKAN bahwa teman-teman seniman/seniwati yang tergabung di dalam kelompok Taring Padi menghadapi kendala masalah politis dalam menampilkan karya-karya mereka di perhelatan Documenta XV di Kasel, Jerman. Para seniman Taring Padi dituduh menampilkan karya bersifat antisemistime. Tuduhan tersebut menggema ke bukan hanya ke Indonesia tetapi mengglobal ke seluruh dunia.

Sebagai warga Indonesia, saya merasa prihatin atas tuduhan yang ditimpakan kepada Taring Padi. Di samping prihatin, sebagai warga Indonesia yang pernah belajar dan mengajar di Jerman selama sedasawarsa pada tahun 70-an abad XX sebenarnya saya juga merasa heran mengingat sejauh ini saya mengenal Jerman sebagai negara dan bangsa yang paling toleran di marcapada.

Baca juga: Presiden Perancis Sindir PM Polandia Sebagai Anti-Semit dan Sayap Kanan

Namun di sisi lain, sampai batas tertentu saya dapat memahami reaksi bangsa Jerman terhadap isu antisemitisme. Jika sudah terkait dengan masalah terkait dengan Yahudi, memang bangsa Jerman secara psikokultural-politis bukan cuma sensitif, bahkan hipersensitif di ambang paranoida. Mereka terbebani Quaelendes Schuldgefuehl sebagai warisan trauma rasa berdosa dari masa lalu atas angkara murka yang dilakukan Nazi di bawah pimpinan Adolf Hitler terhadap orang Yahudi pada masa Perang Dunia II.

Karena saya tidak menyaksikan dengan mata di kepala saya sendiri tentang peristiwa yang terjadi di Documenta XV, Kasel maka saya tidak berani melibatkan diri ke dalam kemelut polemik tuduhan antisemetisme terhadap Taring Padi . Namun sebagai warga Indonesia saya merasa wajib berpihak kepada Taring Padi serta menyampaikan bela rasa setulusnya kepada para seniman/seniwati yang tergabung di Taring Padi.

Mohon dimaafkan bahwa akibat saya sudah cukup tua bangka sambil kebetulan komorbid terhadap virus Corona dan segenap variannya, saya tidak berani karena tidak sanggup terbang ke Kasel untuk mendampingi Taring Padi menghadapi angkara murka fitnah yang ditimpakan ke mereka.

Namun saya yakin di Indonesia para seniman/seniwati Indonesia yang tergabung di Taring Padi sudah cukup "tervaksin" dengan asam garam cuka yang digodog di dalam kawah Candradimuka sehingga sudah terbiasa maka cukup memiliki kekebalan lahir batin untuk mandraguna mandiri menghadapi angkara murka penindasan politis berupa pemberangusan kebebasan berpendapat serta mengungkap pendapat yang memang lazim dilakukan para penguasa terhadap para seniman.

Kepada Taring Padi, dari Indonesia saya sampaikan pekik perjuangan Maju Tak Gentar Membela Yang Benar!

Merdeka!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bolehkah Memakai 'Pimple Patch' Lebih dari Sekali?

Bolehkah Memakai "Pimple Patch" Lebih dari Sekali?

Tren
Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Tren
Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Tren
Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Tren
Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Tren
2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

Tren
Pertandingan Timnas Indonesia Vs Irak Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Timnas Indonesia Vs Irak Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Penjelasan Wakil Wali Kota Medan soal Paman Bobby Jadi Plh Sekda

Penjelasan Wakil Wali Kota Medan soal Paman Bobby Jadi Plh Sekda

Tren
Daftar Juara Piala Thomas dan Uber dari Masa ke Masa, Indonesia dan China Mendominasi

Daftar Juara Piala Thomas dan Uber dari Masa ke Masa, Indonesia dan China Mendominasi

Tren
Video Viral Pria Ditusuk hingga Meninggal karena Berebut Lahan Parkir, Ini Kata Polisi

Video Viral Pria Ditusuk hingga Meninggal karena Berebut Lahan Parkir, Ini Kata Polisi

Tren
Ramai soal Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Ini Alasan KIPK Bisa Dicabut

Ramai soal Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Ini Alasan KIPK Bisa Dicabut

Tren
Ramai Dibicarakan, Apa Itu KIP Kuliah? Berikut Syarat, Keunggulan, dan Jangka Waktunya

Ramai Dibicarakan, Apa Itu KIP Kuliah? Berikut Syarat, Keunggulan, dan Jangka Waktunya

Tren
Terungkap, Begini Kronologi Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang

Terungkap, Begini Kronologi Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang

Tren
Buku-buku Kuno Memiliki Racun dan Berbahaya jika Disentuh, Kok Bisa?

Buku-buku Kuno Memiliki Racun dan Berbahaya jika Disentuh, Kok Bisa?

Tren
Kronologi Kericuhan yang Diduga Libatkan Suporter Sepak Bola di Stasiun Manggarai

Kronologi Kericuhan yang Diduga Libatkan Suporter Sepak Bola di Stasiun Manggarai

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com