Hal ini dikarenakan gerakan ini lebih bersifat aktivisme, dan hanya dimotori oleh kalangan aktivis Islam, bukan oleh pemimpin sebuah organisasi komunitas Islam di Eropa.
Sistem politik di negara-negara Eropa, khususnya Swiss dan Jerman, juga cenderung sekuler, sehingga memisahkan urusan agama dengan lingkungan politik kekuasaan.
Akibatnya, pemuka agama cenderung tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam percaturan politik domestik.
Perbedaan populisme Islam yang terjadi di Indonesia dinilai sebagai sebuah “antitesis” terkait pelibatan ideologi agama di dalam politik negara.
Demi mempertahankan keutuhan bangsa dan ideologi negara, sudah selayaknya penulis merasa fenomena ini perlu menjadi refleksi kita bersama.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.