Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Alin Panglima, Jual Ginjal untuk Bangun Jembatan Desa yang Mangkrak 16 Tahun

Kompas.com - 12/05/2022, 14:05 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Media sosial belakangan diramaikan dengan unggahan seorang warganet yang ingin menjual ginjal untuk pembangunan jembatan.

Melalui akun Facebook-nya, Alin Panglima mengaku ingin membantu pembangunan jembatan Goyo yang sudah mangkrak selama 16 tahun.

"Soalnya dana daerah katanya ndak cukup untuk membiayai pembangunan jembatan yang sudah 16 tahun mangkrak. Mungkin "ginjal" saya bisa sedikit membantu," tulis Alin.

Ia juga mengunggah dirinya sedang membentangkan tulisan "Saya mau jual ginjal untuk pembuatan jembatan Gayo" persis di depan jembatan yang mangkrak.

Saat dihubungi Kompas.com, Rabu (11/5/2022), Alin pun menceritakan keprihatinannya atas kondisi jembatan yang tak kunjung dibangun.

Jembatan Goyo tersebut berada di Desa Ollot 2, Kecamatan Bolangitang Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Sulawesi Utara.

Baca juga: Viral Video Kecelakaan Odong-odong Menelan 2 Korban di Boyolali, Ini Kronologinya

Menurutnya, warga sudah lama mengusulkan pembangunan jembatan, tapi tak pernah dihiraukan.

"Orang-orang tua sudah mengusulkan ini sejak lama, tapi masih tak diindahkan. Padahal sudah jadi program pemerintah, tapi tidak diseriusi," kata Alin.

"Jadi daripada hanyut tiangnya maka saya inisiatif jual ginjal sebagai bentuk protes dan kritik," tambahnya.

Ia menjelaskan, pemerintah setempat beralasan bahwa dana daerah tidak mencukupi untuk membangun jembatan tersebut.

Bagi masyarakat sekitar, jembatan itu merupakan akses penting karena menghubungkan antara desa dengan kebun.

Tanpa ada jembatan itu, warga harus mengeluarkan ongkos tambahan, sehingga tak banyak mendapat keuntungan dari hasil kebun.

Baca juga: Video Viral Serbuan Belalang Kembara di Sumba, Begini Penjelasan Ahli

"Banyak hasil alam di Goyo, tapi karena akses, maka hasil alam hanya cukup untuk biaya ojek," jelas dia.

Untuk pergi ke kebun, warga setempat harus menyeberangi sungai menggunakan rakit dengan ongkos Rp 3.000 untuk sekali jalan.

Artinya, warga harus membayar minimal Rp 6.000 apabila akan pulang pergi ke kebun.

"Kalau sungai banjir dan meluap biayanya jadi Rp 10.000, itu pun belum tentu bisa lewat," ujarnya.

Selain itu, warga juga harus bertaruh nyawa ketika menyeberangi sungai, karena kecelakaan kerap terjadi khususnya ketika hujan.

Setelah unggahan tersebut, Alin yang merupakan seorang mahasiswi IAIN Sultan Amai Gorontalo ini mengaku banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

"Bantu doanya biar jembatan lekas jadi," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com