KOMPAS.com - Pandemi virus corona penyebab Covid-19 masih melanda seluruh dunia. Penambahan kasus infeksi virus corona masih terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Dilansir dari laman worldometers, Minggu (24/4/2022) pagi, total kasus Covid-19 di dunia terkonfirmasi sebanyak 509.054.886 (509 juta) kasus.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 461.407.178 (461 juta) pasien telah sembuh, dan 6.241.846 orang meninggal dunia.
Kasus aktif hingga saat ini tercatat sebanyak 41.405.862, dengan rincian 41.363.184 pasien dalam kondisi ringan dan 42.678 dalam kondisi serius.
Baca juga: 99,2 Persen Masyarakat Sudah Memiliki Antibodi Covid-19, Bolehkah Lepas Masker?
Berikut 5 negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak:
1. Amerika Serikat: 82.647.526 kasus, 1.018.308 orang meninggal, total sembuh 80.413.133
2. India: 43.057.061 kasus, 522.183 orang meninggal, total sembuh 42.517.724
3. Brasil: 30.345.654 kasus, 662.663 orang meninggal, total sembuh 29.364.400
4. Perancis: 28.244.977 kasus, 145.020 orang meninggal, total sembuh 25.852.907
5. Jerman: 24.109.433 kasus, 134.624 orang meninggal, total sembuh 21.179.400.
Catatan: data yang ditampilkan dapat berubah sewaktu-waktu.
Baca juga: Syarat Mudik Naik Kereta: Anak Usia 6-17 Tahun Tak Perlu Tes Covid-19
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kasus Covid-19 di Indonesia belakangan mengalami peningkatan.
Hingga Sabtu (23/4/2022) pukul 12.00 WIB, angka positif Covid-19 di Indonesia bertambah 522 kasus. DKI Jakarta menjadi satu-satunya provinsi dengan kasus harian di atas 100.
Sehingga, jumlah kasus positif Covid-19 sampai saat ini menjadi 6.043.768 orang.
Sedangkan untuk kasus sembuh, pemerintah Indonesia melaporkan adanya penambahan 2.082 orang. Kini total pasien sembuh 5.868.251 orang.
Pasien yang meninggal dunia karena infeksi Covid-19 juga bertambah sebanyak 27 orang, sehingga totalnya menjadi 156.067
522 kasus baru Covid-19, DKI Jakarta jadi satu-satunya dengan kasus harian di atas 100.
Kasus aktif kini di bawah 20 ribu, pertama kalinya dalam 3 bulan terakhir. pic.twitter.com/ssD0llqerZ
— perupadata (@perupadata) April 23, 2022
Baca juga: Aturan Mudik: Ini Penumpang yang Tak Perlu Booster dan Tes Covid-19
Dilansir dari CNA, Thailand mulai bulan depan akan menghapus persyaratan bagi pendatang yang sudah divaksinasi untuk menjalani tes dan karantina singkat pada saat kedatangan.
Hal itu diungkapkan seorang pejabat pada Jumat (22/4/2022), terkait langkah terbaru untuk menghidupkan kembali industri pariwisatanya yang babak belur.
Pengunjung didorong untuk melakukan self-test antigen selama mereka tinggal, alih-alih skema "Test and Go" saat ini, di mana mereka harus diisolasi di hotel sambil menunggu hasil tes pada saat kedatangan.
Langkah baru ini mengikuti penghapusan persyaratan tes pra-keberangkatan bulan lalu.
"Penyesuaian langkah-langkah ini akan berdampak untuk menarik penerimaan pariwisata," Taweesin Visanuyothin, juru bicara gugus tugas virus corona, mengatakan pada konferensi pers.
Baca juga: Kasus Terus Menurun, Apakah Indonesia Tiba di Ujung Gelombang Ketiga Covid-19?
Masih dari sumber yang sama, semua pelancong yang divaksinasi penuh yang memasuki Singapura melalui pos pemeriksaan udara atau laut tidak perlu lagi mengikuti tes pra-keberangkatan mulai 26 April.
Ini dibandingkan dengan tindakan saat ini, yang mengharuskan mereka yang datang dari pos pemeriksaan untuk mengikuti tes dalam waktu dua hari setelah keberangkatan mereka ke Singapura.
"Dengan langkah ini, berarti wisatawan yang sudah divaksinasi lengkap dan sehat tidak akan memerlukan tes apapun untuk masuk ke Singapura," kata Kementerian Kesehatan Singapura.
Penghapusan persyaratan tes pra-keberangkatan juga berlaku untuk anak-anak yang tidak divaksinasi lengkap berusia 12 tahun ke bawah.
Langkah ini adalah yang terbaru dalam serangkaian upaya yang dilakukan dalam beberapa pekan terakhir untuk melonggarkan pembatasan perjalanan.
Baca juga: Apakah Libur Panjang Mudik Lebaran 2022 Berpotensi Memicu Lonjakan Covid-19?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan penggunaan obat antivirus oral nirmatrelvir dan ritonavir untuk pasien Covid-19 ringan dan sedang, tetapi pasien berisiko tinggi dirawat di rumah sakit.
Dikutip dari laman WHO, pasien berisiko itu meliputi mereka yang tidak divaksinasi, lanjut usia, atau memiliki masalah dengan sistem kekebalan.
Rekomendasi ini diumumkan WHO di Geneva, Swiss pada Jumat (22/4/2022).
Obat antiretroviral oral yang dikembangkan oleh Pfizer ini dinilai merupakan ”pilihan terapi terbaik untuk pasien berisiko tinggi hingga saat ini” dalam pernyataan tertulis WHO.
Dalam pengumuman ini, WHO juga mendesak adanya kejelasan pasokan dan transparansi harga dalam kesepakatan bilateral yang dibuat oleh produsen.
"(Ketersediaan) Obat yang bisa menyelamatkan jiwa ini masih menjadi tantangan besar bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah," tulis WHO.
Baca juga: Luhut Sebut Covid-19 di Indonesia Terkendali, Ini Kata Epidemiolog
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.