Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Kartini Masa Kini: Urgensi Kepemimpinan Perempuan

Kompas.com - 22/04/2022, 07:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Masalah di dunia ini semakin kompleks dan membutuhkan kepemimpinan perempuan untuk melahirkan berbagai solusi yang out of the box.

Menurut pemimpin perempuan dalam agenda virtual World Economic Forum (WEF) Maret 2022, ada lima prioritas global yang harus diselesaikan: membangun kembali kepercayaan, inklusivitas dan kesetaraan, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, akses terhadap teknologi digital, dan menyelesaikan isu perubahan iklim. Masalah ini tentu membutuhkan berbagai pendekatan, pola pikir, dan perspektif, baik itu dari laki-laki maupun perempuan.

Menurut Tomas Chamorro-Premuzic dan Cindy Gallop, dalam artikel yang berjudul 7 Leadership Lessons Men Can Learn from Women, ada tujuh pelajaran yang bisa dipelajari pemimpin laki-laki dari perempuan. Namun, dalam konteks ini, saya hanya menuliskan lima saja. Pertama, jangan bersandar ketika tidak punya hal untuk bersandar. Maksudnya adalah jangan percaya dengan orang yang percaya diri, tetapi tidak memiliki kemampuan apapun.

Kedua, tahu batas dalam diri. Maksudnya adalah perlu adanya balance antara self-confident dengan self-awareness. Ketiga, memotivasi melalui transformasi, yang menurut banyak studi akademik, perempuan cenderung memimpin melalui inspirasi dan menyelaraskan orang lain dengan makna dan tujuan.

Keempat adalah mendahulukan kepentingan banyak orang dan fokus untuk meningkatkan kemampuan orang lain. Menurut Grijalva, et al (2015), laki-laki lebih cenderung memimpin dengan perasaan narsistik dibandingkan perempuan. Ini menghilangkan kemampuan untuk fokus meningkatkan orang lain.

Selain itu, pernyataan implisitnya adalah perempuan tingkat narsistik perempuan tidak lebih tinggi dari laki-laki. Perempuan dapat menjadi mentor dan coach yang lebih baik, yang membuat orang-orang di sekitarnya bisa meningkatkan diri mereka. Kelima adalah memimpin dengan empati. Sepanjang sejarah, perempuan telah terstigmatisasi terlalu baik dan berperasaan untuk menjadi pemimpin. Sekarang, justru era pemimpin empati dan perempuan punya sisi empati yang lebih baik dibandingkan laki-laki.

Pelajaran yang disampaikan oleh Chamorro-Premuzic dan Cindy Gallop bukan berarti secara keseluruhan perempuan lebih baik dibandingkan laki-laki. Ada aspek di mana perempuan lebih baik, begitu pula sebaliknya. Ada aspek di mana laki-laki lebih baik dari perempuan.

Yang kita butuhkan bukanlah mengkotak-kotakkan perempuan dan laki-laki, tetapi menyatukannya dalam satu kotak. Artinya adalah bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kualitas untuk menjadi seorang pemimpin. Karakter-karakter mereka bahkan bisa saling melengkapi satu sama lain.

Oleh karena itu, kita perlu mendorong supaya semakin banyak bermunculan Kartini-kartini di masa depan. Perempuan perlu terus diberi ruang yang luas untuk menjadi pemimpin, tanpa dibubuhi oleh stigma apapun.

Di atas itu semua, kita perlu hadirkan ekosistem di mana jumlah pemimpin laki-laki dan perempuan bisa seimbang. Tidak hanya di sektor pendidikan, melainkan di seluruh sektor, karena di masa depan, seluruh sektor tersebut akan bersinergi. Pemimpin wanita dan pria yang bersinergi secara harmonis akan menghasilkan sebuah hasil yang menurut saya menakjubkan. Sinergi itulah yang dibutuhkan Indonesia ke depan. Jadi, mari kita sama-sama ciptakan ekosistem srikandi hebat yang inklusif dan setara.

"Bagi saya hanya ada dua macam keningratan: keningratan pikiran dan keningratan budi. Tidak ada yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya daripada melihat orang, yang membanggakan asal keturunannya. Apakah berarti sudah beramal soleh, orang yang bergelar Graaf atau Baron? Tidak dapat mengerti oleh pikiranku yang picik ini." -RA Kartini

Selamat Hari Kartini 2022!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com