Terkait hasilnya, jika nantinya ada perbedaan, menurut Adib semestinya masyarakat saling menghormati.
“Jika pun ada beda awal Ramadan, sudah semestinya kita mengedepankan sikap saling menghormati agar tidak mengurangi kekhusyu’an dalam menjalani ibadah puasa,” tutur Adib.
Baca juga: Kemenag Rilis Pedoman Resmi Ibadah Ramadhan 2022, Ini Aturannya
Pada hari pelaksanaan rukyat, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia diprediksi sudah di atas ufuk.
Kasubdit Hisab Rukyat dan Syariah Kemenag Ismail Fahmi mengungkapkan, tingginya berkisar antara 1 derajat 6,78 menit sampai dengan 2 derajat 10,02 menit.
Fakta ini yang menjadi dasar bagi mereka yang menggunakan metode Hisab Wujudul Hilal untuk menetapkan awal Ramadhan bertepatan 2 April 2022.
Sementara Kemenag, sebagaimana fatwa MUI, menetapkan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah berdasarkan metode Hisab dan Rukyat.
Hasil perhitungan astronomi atau Hisab, dijadikan sebagai informasi awal yang kemudian dikonfirmasi melalui metode Rukyat (pemantauan di lapangan).
“Posisi hilal pada kisaran 1 sampai 2 derajat ini cukup krusial dalam konteks rukyat atau pemantauan. Apalagi, kriteria baru yang disepakati MABIMS (Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), awal bulan masuk jika posisi hilal saat matahari terbenam sudah 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Dalam konteks inilah ada potensi perbedaan awal Ramadhan,” kata Ismail.
Sidang Isbat dilakukan setelah menunggu laporan hasil pemantauan hilal, apakah ada yang melihat atau tidak.
Selanjutnya, peserta sidang akan bermusyawah untuk menentukan awal Ramadhan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.