Dikutip dari Kompas.com, Dicky Budiman yang merupakan epidemiolog asal Griffith University Australia mengatakan hal serupa.
Ia menggambarkan situasi endemi memiliki potensi terjadinya kasus pasien rawat inap dan kematian pasien.
“Endemi itu artinya statis. Angka reproduksinya satu atau di bawah satu, dan itu bukan berarti nol, tapi ada terus. Itu biasanya disepakati angkanya,” terang Dicky.
Oleh karena itu, kondisi endemi bukan menjadi akhir dari pandemi Covid-19. Sebaliknya, endemi justru menjadi awal pengendalian kasus Covid-19 sehingga bisa memasuki level sporadis atau terkendali.
“Terakhir yang harus kita tuju yaitu yang kita sebut sporadis atau terkendali. Itu yang harus kita tuju. Jadi kita harus mengendalikan penyakit menular itu. Bukan mengendemikan,” jelas Dicky.
Baca juga: Transisi Pandemi ke Endemi, Ini Roadmap Pemerintah Hidup Bersama Covid-19
WHO kembali menegaskan, transisi dari pandemi ke endemi juga tidak mengubah tantangan yang akan dihadapi masyarakat di seluruh dunia.
“Berubah dari pandemi ke endemik hanya mengubah label. Itu tidak mengubah tantangan yang kita hadapi,” ujar Mike.
Begitu juga dengan penerapan personal hygene di masyarakat. Pandemi Covid-19 telah memaksa masyarakat untuk mengobah pola perilaku mereka ke arah personal hygene.
Pola perilaku personal hygene tersebut sebaiknya tetap diterapkan meskipun pandemi Covid-19 telah bertransisi ke endemi.
“Sebenarnya tidak ada yang berubah. Semuanya itu mau epidemi, endemi, pandemi, ya perilaku masyarakat 5M itu harus dilakukan,” tutur Dicky.
Sebaliknya, apabila penerapan personal hygene tersebut tidak dilakukan, maka tidak menutup kemungkinan penyakit endemi tersebut kembali menjadi pandemi dengan lonjakan kasus yang signifikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.