Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herry Darwanto
Pemerhati Sosial

Pemerhati masalah sosial. Bekerja sebagai pegawai negeri sipil sejak 1986 hingga 2016.

Kota 15 Menit untuk Masyarakat Sehat Jasmani dan Rohani

Kompas.com - 18/03/2022, 16:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Targetnya, tahun 2024, Paris sudah terbagi dalam kawasan-kawasan permukiman, di mana berbagai kegiatan penduduk di kawasan itu dapat dilakukan dalam waktu kurang dari seperempat jam. Menarik bukan?

Kota-kota di negara-negara lain sudah terlebih dulu menerapkan konsep kota 15 menit, dengan nama dan kekhususan masing-masing.

Singapura memasukkan konsep tersebut dalam Master Plan 2040.

Shanghai dan beberapa kota lain di Tiongkok sejak 2016 sudah mengambil langkah kongkret mengimplementasikan konsep itu.

Portland di AS pada 2012 menata ulang kota untuk membentuk lingkungan-lingkungan yang komplet, agar penduduk cukup berjalan kaki atau bersepeda untuk melakukan berbagai kegiatan.

Tujuannya antara lain untuk mencegah obesitas dan agar warga dapat membeli makanan sehat sambil bergerak.

Rencana Tata Ruang Kota Melbourne 2017-2050 mengakomodasi konsep kota 20 menit, antara lain membangun baru jalur khusus sepeda.

Bagaimana di sini?

Sepengetahuan penulis, konsep kota 15 menit tidak nyaring bergaung di Indonesia. Wacana publik tentang kota lebih mengutamakan diskusi tentang ibu kota negara.

Upaya pemerintah kota di era Covid-19 cenderung terbatas pada pembangunan jalur khusus sepeda, itupun tidak terjadi dengan mudah.

Konsep kota 15 menit seakan tidak sampai di negeri ini, kendati negara-negara tetangga sudah dalam tahap pembangunan dan pemanfaatannya.

Di kalangan akademisi pun konsep kota 15 menit seperti tidak dianggap penting.

Bencana Covid-19 memang sudah reda, kita sudah siap-siap mengubah status Covid-19 dari pandemik menjadi endemik, yang terbatas pada wilayah tertentu dan tidak menular secara masif.

Hal ini dapat menjadikan orang melupakan manfaat konsep kota 15 menit. Tetapi mestinya tidak demikian.

Ada atau tidak ada pandemi, kota yang pergerakan warganya untuk berbagai keperluan didasarkan pada proximity (kedekatan) akan lebih menguntungkan secara ekonomi, sosial dan lingkungan, bahkan secara psikologis, daripada kota yang mengutamakan kendaraan pribadi sebagai sarana mobilitas warga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com