Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Perjanjian Salatiga 17 Maret 1757: Tanah Mataram Terbagi Jadi 3 Kekuasaan

Kompas.com - 17/03/2022, 09:57 WIB
Taufieq Renaldi Arfiansyah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Dampak Perjanjian Salatiga

Dengan adanya Perjanjian Salatiga, VOC dapat meredam konflik internal Kerajaan Mataram.

Akan tetapi, perjanjian tersebut membuat Kerajaan Mataram pecah menjadi tiga kekuasaan, masing-masing kekuasaan yang dipimpin oleh Pakubuwana III, Hamengkubuwana I, dan Mangkunegaran I.

Selain itu, Perjanjian Salatiga membuat Mangkunagaran I tidak lagi dapat melanjutkan harapannya dengan menyatukan takhta Mataram menjadi satu kekuasaan tunggal.

Baca juga: Perjanjian Jatisari 15 Februari 1755, Awal Mula Beda Budaya Surakarta dan Yogyakarta

Keuntungan VOC

Dilansir dari Kompas.com, (4/1/2022), melalui kerja sama dengan Karajaan Mataram, VOC kemudian mendapatkan keuntungan besar dengan melakukan politik pecah belah.

Ketika berhasil membantu Mataram untuk meredam pemberontakan Trunajaya, pihak Mataram dituntut untuk mengganti rugi biaya perang yang dikeluarkan VOC.

Karena tidak dapat membayar tagihan biaya tersebut, pihak Mataram lalu menyerahkan seluruh pelabuhan di Pantai Utara Jawa kepada VOC.

Selain itu, VOC juga menguasi hak monopoli dari ekspor dan impor beras dan barang-barang manufaktur.

Akibat Mataram berkerjasama dengan VOC membuat kekuasaannya semakin menyempit.

VOC memecah Mataram

Alasan utama VOC memecah Kerajaan Mataram adalah untuk melakukan monopoli perdagangan di wilayah Pulau Jawa.

Kerajaan Mataram saat itu adalah kerajaan penghasil beras dan kayu yang diminati oleh Belanda saat itu.

VOC kemudian memecah Matarama untuk melancarkan kepentingannya di bidang perdagangan, ekonomi, dan politik.

Selain itu dari segi politk untuk mempermudah pengawasan terhadap para keturunan Mataram yang telah terpecah. Kemudian, mengurangi hak dan wewenang Mataram di wilayah kekuasaannya.

Semua usaha tersebut berhasil dilakukan oleh VOC dengan menguasi perdagangan serta bebas melakukan monopoli perdagangan.

Baca juga: Pertemuan Jatisari, Awal Mula Perbedaan Budaya Surakarta dan Yogyakarta

(Sumber: Kompas.com/ Widya Lestari Ningsih, Lukman Hadi Subroto | Editor: Nibras Nada Nailufar, Widya Lestari Ningsih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com