KOMPAS.com - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) secara terang-terangan menyatakan keinginannya untuk mendekati Israel.
Ia bahkan menyebut Israel sebagai sekutu potensial dalam banyak kepentingan.
"Kami tidak melihat Israel sebagai musuh, kami melihat mereka sebagai sekutu potensial dengan banyak kepentingan yang dapat kami kejar bersama," kata MBS dalam sebuah wawancara kepada Tha Atlantic.
"Akan tetapi, kami harus menyelesaikan beberapa masalah sebelum mencapai itu," sambungnya.
Kendati demikian, MBS tetap menaruh harapan besar terkait konflik Palestina-Israel agar bisa segera diselesaikan.
Sikap MBS itu menambah daftar panjang negara Arab yang jatuh ke pelukan Israel.
Baca juga: Konflik Israel-Palestina dan Bentrokan Pasca-gencatan Senjata di Kompleks Masjid Al Aqsa
Normalisasi hubungan negara Arab dengan Israel dimulai dari Uni Emirat Arab pada 13 Agustus 2020 dan disusul Bahrain pada 15 September 2020.
Bagi Pangeran UEA Muhammed bin Zayed, perjanjian damai itu akan menjadi mercusuar bagi pencinta perdamaian dan memungkinkannya untuk mendukung kemerdekaan Palestina.
Sementara Bahrain memiliki alasan tersendiri terkait normalisasi hubungan dengan Israel.
Baca juga: Mengenal Iron Dome, Sistem Pertahanan Canggih Israel Lawan Rudal Hamas
Satu di antara alasan mereka adalah untuk membeli "jaminan" dari Israel dan AS karena khawatir tentang Iran, menurut catatan Australian Strategic Policy Institute.
Dengan keterlibatan militer AS pada setiap lini konflik Timur Tengah, negara Teluk semakin menganggap Israel sebagai pelindung mereka dari Iran.
Setelah dua negara Teluk tersebut, dua negara Arab lain yang jatuh ke pelukan Israel adalah Sudan dan Maroko.
Baca juga: Perayaan di Gaza atas Genjatan Senjata Israel-Palestina
Sudan secara resmi menandatangani normalisasi hubungan dengan Israel pada Januari 2021.
Setelah adanya kesepakatan damai itu, Sudan mendapatkan akses ke lebih dari 1 miliar dollar AS dalam biaya tahunan.
Kedutaan Besar AS di Khartoum mengatakan, perjanjian itu akan membantu Sudan lebih jauh dalam jalur transformasinya menuju stabilitas, keamanan, dan kesempatan perekonomian.
Baca juga: Menilik Perbandingan Iron Dome Israel dengan Roket Hamas
Sementara itu, Maroko menjadi negara Arab selanjutnya yang sepakat melakukan normalisasi hubungannya dengan Israel pada Desember 2020.
Ini terjadi setelah AS di bawah kepemimpinan Donald Trump mengakui kedaulatan Maroko di wilayah sengketa Sahara Barat.
Sebagai bukti normalisasi hubungan itu, pemimpinan Israel telah melakukan lawatan pertama dalam sejarah ke negara-negara tersebut.
Pada Agustus 2021, misalnya, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid berkunjung ke Maroko untuk pertama kalinya.
Dua maskapai penerbangan Israel juga resmi meluncurkan penerbangan komersial nonstop dari Tel Aviv ke Marakesh.
Baca juga: 3 Alasan Mengapa Konflik Israel-Palestina Sulit Didamaikan
(Sumber: Kompas.com/Danur Lambang Pristiandaru, Irawan Sapto Adhi | Editor: Danur Lambang Pristiandaru, Irawan Sapto Adhi)