KOMPAS.com – Rusia melancarkan serangannya atas Ukraina semenjak Kamis (24/2/2022).
Apa yang dilakukan Rusia ini menjadi semacam pelanggaran atas perjanjian yang pernah dibuat.
Pada akhir perang dingin, Ukraina adalah negara ketiga yang memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia.
Runtuhnya Uni Soviet membuat Ukraina sebagai negara yang saat itu baru merdeka memiliki setidaknya 5.000 senjata nuklir yang diletakkan Moskow di wilayah negaranya.
Selain itu, pangkalan militer Ukraina juga menyimpan sejumlah rudal jarak jauh.
Namun beberapa puluh tahun lalu, Ukraina memilih melucuti senjata nuklirnya dengan imbalan jaminan keamanan.
Kini, saat negara tersebut diserang, Ukraina seolah menjadi negara tak berdaya.
“Ukraina adalah satu-satunya negara dalam sejarah manusia yang menyerahkan persenjataan nuklir, terbesar ketiga di dunia pada tahun 1994, dengan jaminan dari AS, Inggris dan Federasi Rusia. Di mana jaminan ini? Sekarang kami dibom dan dibunuh,” kata Anggota Parlemen Ukraina Alexey Goncharenko dikutip dari Indiatoday, Kamis (24/2/2022).
Ukraina menandatangani Memorandum Budapest dengan ketentuan bahwa Ukraina akan sepenuhnya melakukan denuklirisasi.
Meskipun ketika itu pertimbangan penyerahan adalah pertimbangan ekonomi dan politik, namun kini negara itu seolah menyesali keputusan tersebut.
“Kami memberikan kemampuan itu (nuklir) secara cuma-cuma,” ujar Mantan Menteri Pertahanan Ukraina Andriy Zahorodniuk .
Posisi Ukraina secara militer kini jauh lebih lemah dibanding Rusia. Mereka kini hanya bisa meminta dukungan pada PBB dan sekutu barat yang seolah bersikap ambigu.
Menteri Luar Negeri Ukraina Kuleba mengatakan kepada Majelis Umum PBB bahwa negaranya pernah menjadi kekuatan nuklir terbesar ketiga di dunia namun memilih menyerahkan senjata atas nama perdamaian dunia.
“Kami harap dunia secara timbal balik memastikan keamanan kami,” ujarnya.
Baca juga: Ukraina Trending di Twitter, Ini Alasan Rusia Lancarkan Perang
Apa yang dilakukan oleh Rusia hari ini, Kamis (24/2/2022), dianggap dunia telah melanggar Memorandum Budapest.
Namun Rusia membela diri bahwa agresi yang mereka lakukan adalah langkah berbeda dengan perjanjian yang pernah dibuat dahulu.
Di mana saat ini mereka menyerang pemerintahan yang berbeda dengan saat perjanjian, karena yang saat ini adalah penyerangan masa pemerintahan yang dianggap tidak sah (merujuk pada perselisihan lama terkait penggulingan Mantan Presiden Ukraina yang pro Rusia Viktor Yanukovych).
Dikutip dari Ny Times, perjanjian Memorandum Budapest sendiri adalah kesepakatan yang ditandatangani oleh Rusia, Ukraina, Inggris dan Amerika Serikat.
Perjanjian tersebut berisi kesepakatan bahwa tak akan ada negara yang memakai kekuatan atau ancaman pada Ukraina. Selain itu, ada pula kesepakatan bahwa semua negara akan menghormati kedaulatan dan perbatasan yang ada.
Perjanjian tersebut juga menyebut bahwa jika agresi terjadi penandatangan akan meminta tindakan segera dari Dewan Keamanan PBB untuk membantu Ukraina.
Perjanjian ini ditandatangani di awal tahun 1994 dan disepakati di akhir tahun 1994.
Baca juga: Tanggapan Sejumlah Negara atas Serangan Rusia ke Ukraina
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.