Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sopir Truk Ramai-ramai Demo Aturan ODOL, Apa Akar Masalahnya?

Kompas.com - 23/02/2022, 16:05 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sopir truk dari berbagai daerah ramai-ramai melakukan aksi demo menolak aturan over dimension over loading (ODOL).

Di Surabaya, Jawa Timur misalnya, ribuan sopir truk melakukan aksi unjuk rasa di Jalan Frontage A Yani, Surabaya, Jawa Timur, seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (22/2/2022).

Para pengemudi yang tergabung dalam Paguyuban Sopir Truk menolak semua bentuk sanksi yang diberikan pemerintah. Seperti halnya penilangan dan normalisasi, atau pemotongan bodi truk.

Ratusan sopir truk di Jawa Tengah juga menggelar aksi serupa.

Mereka mendesak pemerintah untuk segera merevisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) karena dinilai merugikan para sopir truk.

Baca juga: Videonya Viral di Media Sosial, Ini Arti Kendaraan ODOL dan Sederet Dampaknya

Lantas, seperti apa pandangan pengamat transportasi melihat situasi ini?

Akar masalah truk ODOL

Pengamat transportasi Djoko Setijowarno memaparkan, pengemudi truk menjadi ujung tombak angkutan logistik. Namun, kesejahteraan yang didapat tidak selaras dengan itu.

Menurut Djoko, pengemudi truk tidak menginginkan untuk membawa kelebihan muatan, karena mereka tahu hal itu berisiko terhadap keselamatannya.

Terlebih, apabila terjadi kecelakaan lalu lintas, dan masih dalam kondisi hidup, pastilah akan dijadikan tersangka.

"Sesungguhnya, akar masalah truk ODOL adalah tarif angkut barang yang semakin rendah, karena pemilik barang tidak mau keuntungan selama ini berkurang, padahal biaya produksi dan lainnya meningkat," ujar Djoko, kepada Kompas.com, Rabu (23/2/2022).

"Pemilik armada truk (pengusaha angkutan barang) juga tidak mau berkurang keuntungannya. Hal yang sama, pengemudi truk tidak mau berkurang pendapatannya," imbuh dia.

Baca juga: Viral, Video Kecelakaan antara Fortuner dan Truk di Tol Ngawi-Solo, Ini Penjelasan Polisi

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi, lakukan pemotongan truk ODOL di Banyuwangi.Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi, lakukan pemotongan truk ODOL di Banyuwangi.

Menutupi biaya tak terduga

Alhasil, bermunculan truk kelebihan muatan (over load) dengan menggunakan kendaraan berdimensi lebih (over dimension) untuk menutupi biaya tidak terduga yang dibebani ke pengemudi truk.

Menurut Djoko, sejumlah uang yang dibawa pengemudi truk digunakan untuk menanggung beban selama perjalanan, seperti tarif tol, pungutan liar yang dilakukan petugas berseragam dan tidak seragam, parkir, urusan ban pecah, dan sebagainya.

Sehingga, uang yang dapat dibawa pulang untuk keperluan keluarga tidak setara dengan lama waktu bekerja meninggalkan keluarga.

"Akhirnya, sekarang profesi pengemudi truk tidak memikat bagi kebanyakan orang, semakin sulit mendapatkan pengemudi truk yang berkualitas," kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com