Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prediksi BMKG soal Kapan Puncak dan Akhir Musim Hujan

Kompas.com - 23/01/2022, 10:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Supari mengatakan, puncak musim hujan di 244 dari 342 zona musim (ZOM) di Indonesia akan berlangsung pada dua bulan pertama 2022, yaitu Januari dan Februari.

Artinya, sebagian besar wilayah Indonesia saat ini sedang mengalami puncak musim hujan.

Kendati demikian, masih ada sejumlah daerah yang belum memasuki puncak musimnya. Karenanya, daerah-daerah tersebut masih sangat mungkin diguyur hujan lebat.

"Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, puncaknya Januari-Februari, jadi masih sangat mungkin ada hujan-hujan lebat," kata Supari, dikutip dari pemberitaan Kompas.com.

Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG A Fachri Radjab memperkirakan, musim hujan kali ini akan berakhir pada April 2022.

Baca juga: Lebih 2.000 Kasus Sehari, Benarkah Indonesia Memasuki Gelombang Ketiga?

Waspada bencana hidrometeorologi

Fachri meminta masyarakat mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang dan tanah longsor.

Menurutnya, Indonesia paling sering dilanda bencana hidrometeorologi, baik kering maupun basah.

"Bencana hidrometeorologi kering itu misalnya kekeringan akibat El Nino yaitu kebarakan hutan dan lahan," ujarnya, dikutip dari Kompas.com.

Ia menjelaskan, adanya pandemi Covid-19 membuat bencana hidrometeorologi basah di beberapa wilayah memiliki tantangan semakin besar.

Harapannya, proses evakuasi masyarakat di lokasi bencana dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan.

"Ketika ada pengungsian harus dikondisikan bahwa pengungsi tetap menerapkan prokes, kemudian kalau pun ada kejadian evakuasi atau penyelematan tetap harus prokes," jelas dia.

Baca juga: Kasus Covid-19 Harian Tembus 2.000, Daerah Ini Alami Peningkatan Tiga Hari Berturut-turut

Terlepas dari itu, hujan lebat sebenarnya jarang menjadi faktor tunggal penyebab banjir.

Pasalnya, kondisi lingkungan yang rusak juga bisa memicu banjir.

"Seburuk-buruknya lingkungan jika tidak ada hujan tidak mungkin jadi banjir," ujar Supari.

"Secara umum, banjir terjadi akibat kombinasi faktor atmosfer yaitu hujan lebat dan faktor permukaan yakni kondisi lingkungan (rusak). Akan sangat tergantung pada kondisi masing-masing faktor," tambahnya.

Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir sudah dilaporkan di sejumlah daerah.

Di antaranya adalah Aceh Timur (Aceh), Padang Lawas (Sumatera Utara), Semarang (Jawa Tengah), Garut (Jawa Barat), dan Kediri (Jawa Timur).

Sumber: Kompas.com (Luthfia Ayu Azanella/Haryanti Puspita Sari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com