Setidaknya kasus Bupati Abdul Gafur menjadi “pintu” pembuka bagi KPK untuk membongkar kasus korupsi saling kelindan antara pihak pemberi, penerima serta penikmat akhir.
Hanya saja jika arah bidikan KPK ke Partai Demokrat bukan karena partai ini menjadi “oposisi” rezim pemerintahan Jokowi, tetapi karena memang benar adanya aliran dana haram mengalir ke partai besutan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Cobaan terbesar dalam kehidupan manusia adalah gelimang harta dan kemewahan. Belum lagi buaian jabatan yang penuh hormat dari rakyat jelata.
Sayangnya, tidak semua kepala daerah bisa memaknai kepemimpinan strategik seperti yang digagas Presiden ke-lima RI Megawati Soekarnoputeri.
Menurut Megawati, kepemimpinan strategik tidak bisa berdiri atas dasar pencitraan tetapi harus turun langsung ke lapangan dan berbaur dengan rakyat kecil.
Membangun pemerintahan yang merakyat jauh lebih penting daripada sekedar mencari popularitas diri.
Megawati mewanti-wanti ukuran kemajuan suatu bangsa, parameter ideologis justru diambil dari kemampuan negara di dalam mengangkat nasib rakyat yang paling miskin dan terpinggirkan.
Itulah tanggungjawab etik dan moral terbesar dari seorang pemimpin yang menghadirkan keadilan sosial (Kompas.com, 11/06/2021).
Andai Abdul Gafur mengabaikan pesan Megawati karena menganggap dirinya kader Partai Demokrat, saya nukilkan pola kepemimpinan SBY yang mengedepankan pola pikirnya menjadi gaya kepemimpinannya.
Sikap SBY yang selalu detail, membuatnya selalu cermat dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang ada.
Setiap pemimpin tidak hanya memberikan keputusan atau perintah, namun juga harus memberikan arahan dan mengamati bawahannya secara langsung (Salma Nisrina Nur Fadhilah & Nila Nurlimah, Unisba, 2017).
Alih-alih menjadi pemimpin strategik ala Megawati atau menjadi pemimpin pemikir ala SBY, Abdul Gafur Mas’ud nyatanya telah melukai kepercayaan warga Penajem Paser Utara yang mendapuknya sebagai kepala daerah di bakal ibu kota negara nantinya.
Ibarat “layangan putus” kini warga Penajam Paser Utara harus mengambil hikmah kebijaksanaan dalam memilih kepala daerah kelak bukan karena serangan fajar, bantuan sembako atau amplop yang berisi uang di saat kampenye.
Bupati yang begitu peduli dengan nasib rakyat kecil. Yang tertawa dan menangis bersama rakyat bukan lagi is my dream. Not hers.
Penajem Paser Utara yang makmur gemah ripah loh jinawi is my dream.
Mungkin saya terngiang-ngiang dengan adegan film “Layangan Putus” sehingga membayangkan Bupati Penajam Paser Utara sebagai Reza Rahadian atau tokoh Mas Aris dalam film tersebut yang menjadi pesakitan karena menyakiti kepercayaan warga Penajam Paser Utara.
Sebaliknya tokoh Kinan atau Puti Marino mirip betul dengan warga Penajam Paser Utara yang terluka.
Di dunia ini memang banyak betul godaan seperti tokoh Lidya Danira (Anya Geraldine) dalam film “Layangan Putus”.
Sayangnya Bupati Penajam Paser Utara tidak kuat menahan godaan Lidya Danira dalam wujud yang lain.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.