Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Tahun Baru Dimulai 1 Januari? Ternyata Berikut Ini Sejarahnya

Kompas.com - 29/12/2021, 15:00 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tanggal 1 Januari telah sejak lama disepakati mayoritas negara di dunia sebagai awal dimulainya tahun yang baru.

Malam pergantian tahun, 31 Desember malam sampai 1 Januari dini hari, bahkan telah menjadi momen yang dinantikan oleh banyak orang di seluruh dunia.

Momen Tahun Baru dianggap sebagai waktu yang tepat untuk merefleksikan perjalanan hidup setahun ke belakang, dan menatap resolusi tahun depan.

Baca juga: 9 Inspirasi Desain Grafis yang Akan Jadi Tren di 2022

Mengapa 1 Januari dipilih untuk memulai tahun baru?

Melansir Live Science, gagasan menggunakan hari pertama Januari untuk menandai awal tahun baru sudah ada sejak zaman Julius Caesar, lima dekade sebelum kelahiran Yesus.

Banyak kalender yang sudah ada sebelum Caesar menciptakan kalender Julian pada 46 sebelum masehi (SM).

Akan tetapi, kalender Julian menjadi kalender pertama yang secara resmi menandai 1 Januari sebagai awal tahun baru.

Tanggal tersebut adalah hari di mana kedua konsul, pejabat politik terpilih tertinggi di Roma, mulai menjabat untuk masa jabatan mereka selama setahun.

Memperbaiki sistem penanggalan

Melansir History, alasan Caesar menciptakan kalender Julian adalah untuk memperbaiki sistem penanggalan yang sebelumnya digunakan Romawi.

Diperkenalkan sekitar abad ketujuh SM, kalender Romawi berusaha mengikuti siklus Bulan tetapi sering kali tidak sesuai dengan musim dan harus dikoreksi.

Selain itu, institusi di Romawi yang bertugas mengawasi kalender, sering menyalahgunakan wewenangnya dengan menambahkan hari untuk memperpanjang masa jabatan politik.

Dalam merancang kalender barunya, Caesar meminta bantuan Sosigenes, seorang astronom Aleksandria, yang menyarankan untuk menghilangkan siklus bulan sepenuhnya dan mengikuti tahun matahari, seperti yang dilakukan orang Mesir.

Tahun dihitung menjadi 365 dan 1/4 hari, dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 46 SM, sehingga membuat tahun 45 SM dimulai pada 1 Januari, bukan pada bulan Maret.

Baca juga: Sekolah Tatap Muka, Ini Ketentuan Lengkap PTM Terbatas Januari 2022

 

Bulan Quintilis diganti menjadi bulan Juli

Caesar juga memutuskan bahwa setiap empat tahun sekali, satu hari ditambahkan ke Februari, sehingga secara teoritis menjaga kalendernya agar tidak ketinggalan zaman.

Tak lama setelah Caesar dibunuh pada tahun 44 SM, Mark Anthony mengubah nama bulan Quintilis menjadi Julius (Juli) untuk menghormatinya.

Kemudian, bulan Sextilis diganti namanya menjadi Augustus (Agustus) menurut penggantinya.

Tahun Baru sempat berganti

Melansir Britannica, dengan semakin meluasnya daerah kekuasaan Kekaisaran Romawi, penggunaan kalender Julian juga menyebar.

Namun, setelah jatuhnya Roma pada abad ke-5 M, banyak negara Kristen mengubah kalender sehingga lebih mencerminkan agama mereka.

Setelah kejatuhan Romawi, tanggal 25 Maret (Hari Raya Kabar Sukacita) dan 25 Desember (Natal) menjadi Hari Tahun Baru yang umum.

Belakangan, mulai disadari bahwa kalender Julian memerlukan perubahan tambahan karena adanya kesalahan perhitungan mengenai tahun kabisat.

Efek kumulatif dari kesalahan ini selama beberapa abad menyebabkan berbagai peristiwa terjadi di musim yang salah.

Hal tersebut juga menimbulkan masalah ketika menentukan tanggal Paskah.

Baca juga: 4 Cara Potong Daging Sapi untuk Barbeque Tahun Baru, Jangan Iris Searah

 

Paus Gregorius XIII kemudian memperkenalkan revisi kalender Julian pada tahun 1582, yang disebut sebagai kalender Gregorian.

Selain memecahkan masalah dengan tahun kabisat, kalender Gregorian mengembalikan 1 Januari sebagai awal Tahun Baru.

Italia, Perancis, dan Spanyol termasuk di antara negara-negara yang segera menerima kalender terbaru itu.

Namun, negara-negara Protestan dan Ortodoks cukup lambat dalam mengadopsinya.

Inggris Raya dan koloninya di Amerika tidak mulai mengikuti kalender Gregorian sampai tahun 1752. Sebelum itu mereka merayakan Hari Tahun Baru pada tanggal 25 Maret.

Baca juga: Titik Pemeriksaan Acak dan Ganjil-Genap di Jogja Saat Natal dan Tahun Baru

1 Januari diterima sebagai hari Tahun Baru

Seiring waktu, negara-negara non-Kristen juga mulai menggunakan kalender Gregorian.

China mulai menerapkan kalender Gregorian pada 1912, dan menjadi contoh penting, karena masih terus merayakan Tahun Baru China menurut kalender lunar.

Bahkan, banyak negara yang mengikuti kalender Gregorian juga memiliki kalender tradisional atau keagamaan lainnya.

Ada pula beberapa negara yang tidak pernah mengadopsi kalender Gregorian dan dengan demikian memulai tahun pada tanggal selain 1 Januari.

Ethiopia, misalnya, merayakan Tahun Barunya (dikenal sebagai Enkutatash) pada September.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com