Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mary Anning, Paleontolog Perempuan Pertama Kunci Sejarah Evolusi

Kompas.com - 25/11/2021, 11:35 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Teori evolusi yang kita pelajari di sekolah adalah Charles Darwin. Namun, pembuktian dari teori evolusi tidak akan pernah terjadi tanpa temuan Mary Anning.

Mary Anning adalah pemburu fosil sekaligus paleontolog perempuan pertama yang berperan besar dalam teori evolusi.

Sayangnya, penemuan fosil atas namanya tidak diakui selama puluhan tahun karena diskriminasi gender.

Ratusan tahun berlalu, kini ilmuwan mulai mengakui penemuannya. Dia mulai ditulis dalam catatan-catatan sejarah dan namanya terpampang di museum.

Siapakah Mary Anning? Mari mengenal sosoknya lebih dalam.

Baca juga: Profil Penemu Kapal Selam Militer Modern: John Philip Holland

Pencari souvenir pantai

Mary Anning lahir pada 21 Mei 1799. Dia adalah anak dari Richard Anning dan Mary Moore. Ia memiliki dua saudara.

Melansir Live Science, 23 Februari 2021, ayah Anning awalnya bekerja sebagai pembuat lemari. Dia memutuskan untuk membawa keluarganya pindah ke Lyme Regis, Inggris, karena wilayah dekat pantai itu banyak dikunjungi wisatawan.

Setelah tinggal di sana, dia beralih profesi menjadi pencari fosil souvenir alami pantai yang diminati para wisatawan Lyme Regis. Fosil memang kerap jadi buah tangan pada masa itu.

Sejak kecil, Mary sering diajak ayahnya ke pantai untuk membantu berburu batu fosil sejak usia 6 tahun.

Namun, pada 5 November 1810, ayahnya meninggal dunia. Penulis biografi Shelley Emling mencatat bahwa ayah Mary Anning terkena komplikasi tuberkolosis dan jatuh dari tebing.

Kematian Richard ini terjadi ketika ibu Mary tengah hamil anak ketiga mereka. Kehidupan yang sudah pas-pasan semakin membuat keluarga ini kesulitan ekonomi.

Mary dan saudaranya Joseph pun menggantikan pekerjaan ayahnya dengan mencari souvenir dan fosil di pantai.

Baca juga: Profil Penemu Pulpen: Laszlo Biro

Penemuan fosil pertamanya

Pada 1811, saat Mary berusia 12 tahun, ia menemukan tengkorak yang menonjol dari permukaan tebing yang terkikis.

Awalnya, dia mengira itu adalah fosil buaya. Ia meminta bantuan saudaranya karena untuk mengambil fosil itu dengan hati-hati.

Anning butuh waktu berbulan-bulan untuk mengungkap kerangka lengkapnya. Fosil ini memiliki panjang 5,2 meter dengan 60 tulang belakang.

Orang-orang di sekitar Lyme Regis menyiarkan kabar bahwa Mary menemukan monster.

Ternyata, penemuan Mary ini merupakan kerangka Ichthyosaurus pertama dengan gambaran berbeda. Ini adalah sejenis hewan perpaduan antara ikan dan kadal.

Melansir BBC, hampir setiap hari, Mary pergi berburu fosil bersama anjingnya bernama Tray.

Mary terus melanjutkan pencarian fosil berikutnya. Bahkan, penemuannya semakin menggemparkan.

Kali ini, dia menemukan kerangka reptil laut berleher panjang yang disebut Plesiosaurus dan reptil terbang yang disebut Dimorphodon.

Pada 1823, menurut sebuah biografi yang diterbitkan oleh Museum Sejarah Alam Inggris, Mary menemukan kerangka lengkap Plesiosaurus, reptil laut berkaki empat yang telah punah.

Pada 1828, ia juga menemukan Pterosaurus pertama yang ditemukan di luar Jerman. Ini adalah reptil bersayap yang hidup pada zaman dinosaurus.

Rata-rata, penemuan fosil Mary dibeli oleh sejarawan dan turis. Ia disebut sempat mendapat bayaran besar atas temuan fosilnya. Bayaran itu lebih besar dari yang biasa dihasilkan ayahnya.

Dia bahkan menjual Ichthyosaurus kepada seorang kolektor kaya seharga 23 pounsterling. Uang itu cukup untuk memberi makan keluarganya selama 6 bulan.

Mary menemukan banyak spesies ikan yang punah serta sejumlah makhluk laut lainnya.

Temuannya tercatat tetapi namanya tak diakui

Beberapa tahun kemudian, kolektor itu menyumbangkan spesimen Ichthyosaurus ke museum pribadi. Fosil itu sampai ke British Museum dan akhirnya ke Natural History Museum di London, tempatnya berada hingga kini.

Temuan Ichthyosaurus oleh Mary disoroti oleh seorang ahli bedah Inggris bernama Sir Everard Home dalam jurnal ilmiah tahun 1814. Ia membenarkan bahwa ada penyimpangan struktur dari ikan.

"Saya sama sekali tidak menganggapnya sebagai ikan sepenuhnya, jika dibandingkan dengan ikan lain. Tetapi melihatnya dalam cahaya yang sama dengan hewan-hewan yang ditemui di New South Wales, yang tampak begitu banyak penyimpangan dari struktur biasa," tulis dia.

Namun, dalam jurnal itu dia tidak menulis nama Mary Anning, penemu fosil itu. Dia malah menyebut nama pemilik tanah tebing tempat Mary menemukan fosil Ichthyosaurus.

Penyimpangan struktur ini juga dipakai dalam teori evolusi, bahwa mahluk hidup akan berubah bentuknya seiring adaptasinya dengan lingkungan sekitar. Temuan Mary bisa menjadi bukti kuat.

Namun, di masa itu, orang-orang memegang erat kepercayaan akan teori penciptaan. Mereka sangat menentang teori evolusi atau kepunahan. Bahkan, melarang buku "On the Origin of Species" karya Charles Darwin yang telah diterbitkan selama 48 tahun.

Kelompok ilmuwan di Eropa saat itu didominasi oleh laki-laki. Meski Mary bisa membaca, tetapi aksesnya terhadap ilmu pengetahuan terbatas.

Selain itu, pemburu fosil di masa itu bukanlah profesi yang dipedulikan oleh lembaga ilmiah. Kendati demikian, Mary tetap dengan susah payah mencari dan membaca literatur ilmiah sebanyak yang dia bisa pinjam.

Dia bahkan menyalin makalah dengan tulisan tangannya sendiri agar bisa disimpan.

Padahal, Mary bersama dengan ahli paleontologi Inggris William Buckland, sempat mempelajari fosil dengan serius. Mereka bahkan mempelopori studi koprolit, atau kotoran yang memfosil.

Dia tidak sekadar menemukan fosil, tetapi dia juga membuat sketsa dan mempelajarinya.

Bukan hanya karena gendernya sebagai perempuan, tetapi kurangnya pendidikan formal, aksen perdesaannya yang kuat, dan kemiskinan membuatnya mudah diabaikan oleh para akademisi di masa itu.

Meninggal karena kanker payudara

Atas usahanya dan penemuannya, pada 1838, Asosiasi Inggris untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan Inggris memberinya anuitas. Namun, tak lama setelahnya, Mary meninggal dunia.

Mengutip National Geographic, 29 Maret 2021, pada 1847 Mary meninggal dunia akibat kanker payudara yang dideritanya.

Ketika meninggal, The Quarterly Journal of the Geological Society of London sempat menerbitkan obituarinya. Ini adalah obituari yang sedikit mengusik masyarakat, karena hingga tahun 1904 mereka masih sulit menerima adanya seorang perempuan penemu.

Pada 1846, Mary Anning diangkat menjadi anggota kehormatan pertama Museum Kabupaten Dorset.

Pengakuan atas temuannya

Seiring perkembangan zaman, diskriminasi gender mulai ditinggalkan dan masyarakat mulai menyoroti temuan Mary.

Ahli paleontologi Dean Lomax, ilmuwan tamu di Universitas Manchester, Inggris, menemukan kembali ichthyosaurus yang dulu ditemukan Mary dalam koleksi museum yang telah disalahartikan sebagai salinan plester.

Menurut studi tahun 2015 dalam Journal of Vertebrate Paleontology, Lomax dan rekannya Judy Massare dari Departemen Ilmu Bumi State University of New York, menyadari bahwa itu adalah fosil asli dari zaman Jurassic Coast. Periode yang ada sekitar 200 juta tahun yang lalu.

Temuan ini adalah spesimen asli, bahkan baru bagi dunia sains. Mereka menyematkan nama Mary Anning sebagai penemu aslinya.

Kini, temuan-temuan Mary Anning dikumpulkan dan disimpan di Museum Lyme Regis. Museum ini dibangun di lokasi rumah dan toko Mary yang telah rusak bertahun-tahun.

Batu nisan dan bingkai peringatan Mary Anning bahkan dipasang di kota itu, tepatnya di Gereja Paroki St. Michael.

Temuan Mary kini diakui dan dilihat oleh semua orang. Meski Darwin yang mencetuskan teori evolusi, tetapi penemuan Mary menjadi bukti yang lebih kuat dari teori dan mengungkap misteri kehidupan ratusan juta tahun yang lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Melihat Kekuatan Irak, Lawan Indonesia pada Perebutan Tempat Ketiga Piala Asia U23

Melihat Kekuatan Irak, Lawan Indonesia pada Perebutan Tempat Ketiga Piala Asia U23

Tren
8 Tim yang Lolos Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024, Siapa Saja?

8 Tim yang Lolos Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024, Siapa Saja?

Tren
20 Ucapan dan Twibbon Hari Buruh 1 Mei 2024

20 Ucapan dan Twibbon Hari Buruh 1 Mei 2024

Tren
Wasit VAR Sivakorn Pu-Udom dan Kontroversinya di Piala Asia U23 2024

Wasit VAR Sivakorn Pu-Udom dan Kontroversinya di Piala Asia U23 2024

Tren
Penjelasan PVMBG soal Gunung Ruang Kembali Meletus, Bisa Picu Tsunami

Penjelasan PVMBG soal Gunung Ruang Kembali Meletus, Bisa Picu Tsunami

Tren
100 Gerai KFC Malaysia Tutup di Tengah Aksi Boikot Produk Pro-Israel

100 Gerai KFC Malaysia Tutup di Tengah Aksi Boikot Produk Pro-Israel

Tren
5 Korupsi SYL di Kementan: Biaya Sunatan Cucu, Beli Mobil untuk Anak, hingga Bayar Biduan

5 Korupsi SYL di Kementan: Biaya Sunatan Cucu, Beli Mobil untuk Anak, hingga Bayar Biduan

Tren
Apa Itu Identitas Kependudukan Digital (IKD)? Berikut Tujuan dan Manfaatnya

Apa Itu Identitas Kependudukan Digital (IKD)? Berikut Tujuan dan Manfaatnya

Tren
AstraZeneca Akui Ada Efek Samping Langka pada Vaksinnya, Ahli dan Kemenkes Buka Suara

AstraZeneca Akui Ada Efek Samping Langka pada Vaksinnya, Ahli dan Kemenkes Buka Suara

Tren
Studi: Mengurangi Asupan Kalori Diyakini Bikin Umur Lebih Panjang

Studi: Mengurangi Asupan Kalori Diyakini Bikin Umur Lebih Panjang

Tren
10 Rekomendasi Ras Anjing Ramah Anak, Cocok Jadi Peliharaan Keluarga

10 Rekomendasi Ras Anjing Ramah Anak, Cocok Jadi Peliharaan Keluarga

Tren
Terjadi Penusukan WNI di Korea Selatan, 1 Orang Dilaporkan Meninggal Dunia

Terjadi Penusukan WNI di Korea Selatan, 1 Orang Dilaporkan Meninggal Dunia

Tren
Ramai soal Kinerja Bea Cukai Dikeluhkan, Bisakah Dilaporkan?

Ramai soal Kinerja Bea Cukai Dikeluhkan, Bisakah Dilaporkan?

Tren
Viral, Video Perempuan Terjebak di Kolong Commuter Line Stasiun UI, Ini Kata KCI

Viral, Video Perempuan Terjebak di Kolong Commuter Line Stasiun UI, Ini Kata KCI

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Irak untuk Memperebutkan Peringkat Ketiga? Simak Jadwalnya

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Irak untuk Memperebutkan Peringkat Ketiga? Simak Jadwalnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com