Usmar Ismail bersekolah di HIS (sekolah dasar) di Batusangkar, lalu melanjutkan ke MULO (SMP) di Simpang Haru, Padang. Kemudian ke AMS (SMA) di Yogyakarta.
Setamat dari AMS, Usmar Ismail melanjutkan lagi pendidikannya ke University of California di Los Angeles, Amerika Serikat.
Ia sudah menunjukkan bakat sastranya sejak masih duduk di bangku SMP.
Saat duduk di bangku SMA, di Yogyakarta, Usmar semakin banyak terlibat dengan dunia sastra.
Ia memperdalam pengetahuan dramanya dan aktif dalam kegiatan drama di sekolahnya. Ia juga mulai mengirimkan karangan-karangannya ke berbagai majalah.
Baca juga: Mengenang Tragedi Trowek: KA Galuh-Kahuripan Jatuh dan Tabrak Tebing di Tasikmalaya, 20 Orang Tewas
Pada 1943, Usmar Ismail bersama kakaknya, El Hakim, dan bersama Rosihan Anwar, Cornel Simanjuntak, serta H.B. Jassin mendirikan kelompok sandiwara yang diberi nama Maya.
Maya mementaskan sandiwara berdasarkan teknik teater Barat. Hal itu kemudian dianggap sebagai tonggak lahirnya teater modern di Indonesia.
Sandiwara yang dipentaskan Maya, antara lain, "Taufan di Atas Asia (El Hakim)", "Mutiara dari Nusa Laut (Usmar Ismail)", "Mekar Melati (Usmar Ismail)", dan "Liburan Seniman (Usmar Ismail)".
Setelah masa proklamasi kemerdekaan, Usmar menjalani dinas militer dan aktif di dunia jurnalistik di Jakarta.
Bersama dua rekannya, Syamsuddin Sutan Makmur dan Rinto Alwi, ketiganya mendirikan surat kabar yang diberi nama Rakyat.
Baca juga: Mengenang 100 Tahun Jenderal Hoegeng