Saat menjalankan profesi sebagai wartawan itulah, Usmar pernah dijebloskan ke penjara oleh Belanda karena dituduh terlibat kegiatan subversi.
Saat itu, ia bekerja sebagai wartawan politik di kantor berita Antara dan sedang meliput perundingan Belanda-RI di Jakarta. Peristiwa itu terjadi pada 1948.
Pada perkembangan selanjutnya, Usmar mulai menaruh minatnya yang lebih serius pada perfilman.
Sebenarnya, sewaktu masih di Yogya pun, Usmar hampir setiap minggu bersama teman-temannya berkumpul di suatu gedung di depan Stasiun Tugu untuk berdiskusi mengenai seluk-beluk film.
Baca juga: Mengenang Munir dan Keabadian Perjuangannya...
Film-film yang pernah disutradarai oleh Usmar Ismail, antara lain, “Darah dan Doa” (1950), “Enam jam di Yogya” (1951), “Dosa Tak Berampun” (1951), “Krisis” (1953), dan “Kafedo” (1953).
Lalu, “Lewat Jam malam” (1954), “Tiga Dara” (1955), dan “Pejuang” (1960).
Untuk mengenang jasanya, diabdikanlah namanya di sebuah gedung perfilman, yaitu Pusat Perfilman Usmar Ismail yang terletak di daerah Kuningan, Jakarta.
Usmar Ismail meninggal pada 2 Januari 1971 karena sakit stroke, dalam usia hampir genap lima puluh tahun.
Baca juga: Film Marvel Eternals Dinyatakan Lulus Sensor, Kapan Tayang di Bioskop?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.