KOMPAS.com - Baru-baru ini, Forbes menulis laporan terkait isu keamanan data bagi pengguna Google Chrome di ponsel.
Dalam laporan yang ditulis oleh ahli keamanan siber Zak Doffman tersebut, aplikasi peramban Google Chrome disebut memanen data sensitif tanpa disadari pengguna.
Data tersebut dari sensor akselerometer atau sensor gerak di Google Chrome yang dapat diakses oleh semua situs web secara default.
Namun, sebagian besar script (skrip) yang berasal dari pihak ketiga diduga telah memanfaatkannya untuk mengukur interaksi dan impresi iklan, hingga untuk melacak perangkat.
Para pengguna pun diperingatkan mengenai masalah tersebut dan melakukan antisipasi.
Baca juga: Cara Memanfaatkan Google Chrome dalam Kondisi Offline
Peneliti keamanan Tommy Mysk telah memeringatkan bahwa sensor gerak dapat diakses oleh semua situs web di Android atau Chrome secara default.
Pengaturan sensor gerak di Chrome ini, dikatakan Mysk, tetap aktif meski di mode penjelajahan pribadi atau "incognito".
Dikutip dari Fossbytes, Mysk mengatakan, aplikasi dengan akses akselerometer dapat memberitahu jika pengguna sedang menggunakannya, sembari berbaring, duduk, berjalan-jalan, atau bersepeda.
Google Chrome, secara default, membagikan data akselerometer itu ke websites atau situs-situs yang dikunjungi.
Namun diketahui, mayoritas skrip (script) dari pihak ketiga yang diduga menggunakan data sensor gerak tersebut untuk mengukur interaksi iklan, memverifikasi tayangan iklan, dan pelacakan perangkat.
Analisis dari peneliti juga menemukan beberapa skrip mengirimkan data sensor gerak mentah itu ke server jarak jauh atau remote server.
Pengaturan sensor gerak aktif secara default, penyalahgunaan data oleh pihak ketiga, serta risiko keamanan yang bisa terjadi inilah yang menjadi kekhawatiran, hingga memunculkan ajakan untuk mengganti Google Chrome di Android.
Kendati demikian, Google telah memberikan pembelaannya.
Menanggapi masalah tersebut, Google telah menjelaskan bahwa pihaknya telah membatasi sensor gerak di Chrome.
Sejak 2019, Google Chrome memiliki kontrol yang memungkinkan pengguna memblokir situs web agar tidak mengakses sensor gerak perangkat sama sekali.
"Kami memperlakukan keamanan pengguna dan privasi secara serius, dan kami selalu mengupayakan cara baru untuk meningkatkan keamanan dan privasi di Chrome,” kata Google, seperti dikutip dari Forbes.
Pengaturan sensor gerak di Google Chrome ini memang aktif secara default. Namun, pengguna dapat menonaktifkannya secara manual di bagian pengaturan.
Dear #Android users,
— Mysk ???????????????? (@mysk_co) October 29, 2021
Chrome shares your motion sensor with all the websites you visit by default.
This video shows how you can disable it. Please do it now.
You can learn more about this here:https://t.co/zMbPpuX3VH#CyberSecurity #Privacy pic.twitter.com/riWNQUfxKB
Baca juga: Butuh 17 Juta Tahun untuk Memainkan Game T-Rex Google Chrome
Pengguna dapat menonaktifkan akses ke sensor gerak di Chrome pada Android di "Pengaturan Situs", meski Google merekomendasikan membiarkannya menyala.
Berikut caranya: