Hary menambahkan, pada awan tersebut terdapar beberapa fenomena dalam proses pembentukan dan pertumbuhannya, seperti:
1. Strong updraft and downdraft
Adanya proses pergerakan massa udara naik dan turun yang sangat kuat.
Pergerakan massa udara naik (updraft) yang cukup kuat dapat membawa uap air naik hingga mencapai ketinggian di mana suhu udara menjadi sangat dingin hingga uap air membeku menjadi partikel es.
Partikel es dan partikel air super dingin akan bercampur dan teraduk-aduk akibat proses updraft dan downdraft sehingga membentuk butiran es yang semakin membesar.
Saat butiran es sudah terlalu besar, maka pergerakan massa udara naik tersebut tidak akan mampu lagi mengangkatnya sehingga butiran es akan jatuh ke permukaan bumi menjadi hail atau hujan es.
Strong updraft di suatu daerah dapat terbentuk dan terjadi akibat adanya pemanasan matahari yang intens (pemanasannya sangat optimal/kuat), antara pagi hingga siang hari dan dapat juga dipengaruhi oleh topografi suatu daerah.
Baca juga: Hujan Es di Kembangan Jakbar, Ini Penjelasan BMKG
2. Lower freezing level
Selain itu, terdapat lapisan yang tingkat pembekuan lebih rendah atau lower freezing level.
Pada fenomena hujan es, lapisan tingkat pembekuan mempunyai kecenderungan turun lebih rendah dari ketinggian normalnya.
Inilah yang membuat butiran es yang jatuh ke permukaan bumi tidak mencair sempurna.
Lapisan tingkat pembekuan merupakan lapisan pada tinggian tertentu diatas permukaan bumi dimana suhu udara bernilai nol derajat celsius.
Pada ketinggian ini, butiran air umumnya akan membeku menjadi partikel es.
Di Indonesia, umumnya lapisan tingkat pembekuan berada pada kisaran ketinggian antara 4-5 km di atas permukaan laut.
Baca juga: [HOAKS] Minum Air Es Setelah Makan Bikin Perut Buncit