Engagement rate adalah nilai persentase antara jumlah pengikut yang aktif berinteraksi di media sosial.
Ini merupakan tolak ukur keberhasilan iklan di media sosial, karena bisa menyeleksi jumlah pengikut palsu atua fake account.
Setiap influencer memiliki kalangan konsumen tersendiri dan berperan dalam memengaruhi opini mereka. Inilah yang juga menjadi pertimbangan pengiklan sampai bersedia membayar mahal influencer.
"Demografi followernya siapa, anak-anak muda, dan juga background atau kecenderungan si influencernya suka posting apa, misalnya hidup sehat, atau travel, kuliner atau peduli lingkungan, atau bisnis, itu semua mempengaruhi pertimbangan pemilihan influencer," jelas Enda.
Di bidang komersial, ujung pembentukan opini tersebut bisa mengajak followersnya untuk membeli produk tertentu. Pembantukan opini ini juga bisa dalam bentuk pilihan politik atau kecenderungan tertentu.
Agensi komunikasi atau periklanan biasanya sudah memiliki daftar atau database influencer beserta rate card mereka. Pengiklan pun tinggal memilih mana influencer yang sesuai bajet dan produk yang ingin mereka iklankan.
"Biasanya sudah ada (daftar influencer), atau ya cari sendiri juga sesuai kebutuhan," imbuh dia.
Baca juga: CDC Rilis Daftar Negara yang Boleh Dikunjungi, Bagaimana Indonesia?