Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut dan Menkes Jajaki Obat Molnupiravir di AS, Obat Apa Itu?

Kompas.com - 19/10/2021, 07:00 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah terus menjajaki beberapa alternatif obat Covid-19.

Luhut bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ini berada di Amerika Serikat untuk melakukan pertemuan dengan pabrik farmasi Merck mengenai Molnupiravir.

“Saya bersama dengan Menteri Kesehatan sedang berada di Amerika Serikat untuk melakukan pertemuan dengan Merck mengenai obat Molnupiravir,” ujar dia dalam siaran pers 18 Oktober 2021.

Lantas, apa itu obat Molnupiravir yang sedang dibahas Luhut?

Baca juga: Pil Molnupiravir Diklaim Tekan Kematian dan Rawat RS akibat Covid-19

Apa itu Molnupiravir?

Melansir dari CNN, Molnupiravir diproduksi oleh perusahaan farmasi AS Merck yang disebut-sebut berpotensi sebagai pengubah permainan pandemi, terutama bagi mereka yang tidak dapat divaksinasi.

Merck saat ini tengah mencari otorisasi penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS untuk Molnupiravir.

Nantinya, jika izin tersebut diberikan maka kapsul Molnupiravir akan menjadi obat antivirus oral pertama untuk melawan Covid-19.

Saat ini, setidaknya telah ada delapan negara atau wilayah di wilayah Asia-Pasifik yang menandatangani kesepakatan ataupun sedang melakukan pembicaraan untuk mendapat obat tersebut.

Negara tersebut termasuk Selandia Baru, Australia, dan Korea Selatan.

Baca juga: Molnupiravir Diklaim Ampuh Obati Covid-19, Ini Kata Epidemiolog

Diklaim mengurangi risiko kematian dan rawat inap

Dikutip dari Washington Post, Molnupiravir diklaim merupakan obat yang bertujuan untuk mencegah kasus Covid-19 ringan hingga sedang menjadi parah.

Adapun penggunaannya disebut digunakan untuk terapi selama lima hari dengan diminum sebanyak dua kali sehari.

Molnupiravir telah dilakukan uji klinis terhadap 775 orang yang berisiko tinggi jika divaksin.

Hasilnya, Molnupiravir diklaim mengurangi setengah risiko rawat inap dan kematian.

Adapun pasien yang dilakukan uji klinis tersebut memiliki setidaknya satu faktor risiko mengalami keparahan Covid-19 seperti obesitas atau usia lanjut.

Obat dalam uji terpisah juga disebut menunjukkan dapat mempercepat pembersihan virus menular yang ada pada hidung dan tenggorokan.

Meski demikian, para ahli medis memperingatkan bahwa vaksin tetap menjadi alat utama untuk melawan virus corona.

Hal ini karena mencegah seseorang terkena virus lebih baik dibanding mengobati setelah infeksi terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com